PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Jenazah Letnan Muda Udara Dua Cornelius Willem, salah satu putra terbaik Kalimantan Tengah (Kalteng) yang gugur dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, akhirnya dimakamkan kembali di Taman Makam Pahlawan (TMP) Sanaman Lampang, Palangka Raya, Senin (10/11).
Pemindahan makam ini dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara (TNI AU) sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya atas jasa besar almarhum kepada bangsa dan daerah.
Upacara militer berlangsung dengan khidmat dan penuh penghormatan. Langit Palangka Raya tampak teduh, seolah ikut memberi penghormatan terakhir bagi pahlawan yang telah lama bersemayam di TPU Protestan Barimba, Kapuas Hilir, Kabupaten Kapuas.
Wakil Gubernur Kalteng H Edy Pratowo bertindak sebagai inspektur upacara. Dalam amanatnya, ia menyampaikan rasa hormat mendalam atas pengabdian almarhum Letnan Muda Udara Dua Cornelius Willem.
“Almarhum adalah sosok pahlawan sejati. Beliau telah mengabdikan jiwa dan raganya demi mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pemindahan makam ini adalah simbol penghormatan kita atas jasa dan pengorbanan beliau,” ujar Edy.
Ia menambahkan, perjuangan Cornelius Willem bersama rekan-rekannya menjadi bukti nyata semangat juang putra-putra Kalimantan dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia.
“Keberanian mereka menjadi inspirasi bagi kita semua, terutama generasi muda, agar terus meneladani semangat perjuangan dan nasionalisme yang tak kenal menyerah,” ucapnya.
Letnan Muda Udara Dua Cornelius Willem bukan prajurit biasa. Ia merupakan salah satu dari 13 pasukan payung pertama Indonesia yang diterjunkan dalam Operasi Penerjunan Pertama TNI AU di Tanah Kalimantan pada tahun 1947.
Operasi tersebut merupakan misi rahasia untuk membentuk dan menyusun kekuatan inti gerilya rakyat di pedalaman Kalimantan, sekaligus mendirikan stasiun radio induk guna membuka jalur komunikasi antara Kalimantan dan Yogyakarta, ibu kota Republik Indonesia saat itu.
Sejarah mencatat, pada 25 Juli 1947, Gubernur Kalimantan Pangeran Mohammad Noor mengirim surat kepada Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara Suryadi Suryadarma, memohon bantuan pasukan untuk membantu rakyat Kalimantan yang tengah menghadapi Agresi Militer Belanda.
Permintaan itu disambut dengan tekad juang tinggi. Komodor Udara Suryadi Suryadarma kemudian menugaskan Mayor Udara Tjilik Riwut, putra asli Kalimantan, untuk menyiapkan pasukan penerjun khusus. Dari sinilah sejarah besar dimulai.
Pada 17 Oktober 1947 dini hari, pesawat Dakota RI-002 lepas landas dari Pangkalan Udara Maguwo. Dipiloti oleh Bob Freeberg dan Opsir Udara III Suhodo, pesawat itu menembus gelap malam dan hutan belantara menuju Kalimantan. Dengan Opsir Muda Udara III Amir Hamzah sebagai jumping master, ketiga belas prajurit AURI itu diterjunkan di daerah Sambi, Kotawaringin Barat, Kalteng.
Mereka adalah Heri Hadi Sumantri, FM Suyoto, Iskandar, Ahmad Kosasih, Bachri, J. Bitak, Cornelius Willem, Imanuel Nuhan, Amirudin, Ali Akbar, M. Dahlan, J.H. Darius, dan Marawi. Dari keberanian mereka inilah lahir Korps Pasukan Gerak Cepat (KORPASGAT), pasukan elite TNI AU yang hingga kini menjadi kebanggaan bangsa.
“Ke-13 penerjun itu adalah para pejuang pemberani, mayoritas putra-putra Dayak, yang rela mempertaruhkan nyawa karena jalur laut telah diblokade Belanda. Mereka berjuang di tengah keterbatasan demi menyusun kekuatan gerilya di Kalimantan,” jelas Edy.
Dari perjuangan 13 penerjun inilah, terbentuk jaringan perlawanan rakyat Kalimantan yang turut memperkuat perjuangan nasional. Sebuah babak sejarah yang menegaskan bahwa Kalimantan bukan hanya saksi, tetapi juga pelaku penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
“Sebagai generasi penerus, kita wajib melanjutkan semangat perjuangan beliau. Mari kita bangun Kalteng dan Indonesia dengan semangat pengabdian, nasionalisme, dan patriotisme yang beliau wariskan,” tegas Edy.
Pemindahan makam Letnan Muda Udara Dua Cornelius Willem ini menjadi simbol nyata penghargaan pemerintah terhadap jasa para pahlawan. Upacara yang berlangsung khidmat itu ditutup dengan tabur bunga dan penghormatan terakhir dari jajaran TNI AU, Pemprov Kalteng, serta keluarga besar almarhum.
Dengan dimakamkannya kembali almarhum di TMP Sanaman Lampang, nama Cornelius Willem kian abadi sebagai bagian dari sejarah perjuangan bangsa dan kebanggaan masyarakat Kalteng. ldw





