PALANGKA RAYA/tabengan.com – Ibadah umat Katolik di Gereja Katedral Santa Maria Palangka Raya Jalan Tjilik Riwut Km1, Minggu (11/6) pagi, lain dari biasanya. Gereja itu tampak dijaga ketat oleh aparat dari Brimob Polda Kalteng berbaju biru tua lengkap dengan rompi anti peluru dan senjata laras panjang. Mereka berjaga di pintu gerbang gereja hingga halaman. Tampak juga puluhan polisi berpakaian lengkap.
Ternyata Kapolda Kalteng Brigjen Pol Anang Revandoko pagi itu berkunjung ke Gereja Katedral.
Misa Minggu pagi kemarin di Katedral mengangkat tema Inkulturasi Budaya, perpaduan ritual gereja dengan budaya daerah. Dan, budaya yang dipadukan kemarin pagi adalah Budaya Dayak.
Jadi, para petugas misa mengenakan pakaian adat Dayak. Semua lagu pujian yang dinyanyikan bergaya Dayak dengan alunan musik karungut.
Misa dipimpin RD Aloysius Alu Tampu Pr dan RD Subandi Pr. Saat penyerahan persembahan ke altar, seorang Polwan berseragam lengkap juga ikut serta maju ke altar menyerahkan persembahan.
Kapolda sendiri tiba di gereja saat misa akan usai. Kapolda datang bukan untuk ikut misa, karena dia seorang Muslim. Kunjungan yang diikuti sejumlah pejabat utama Polda itu diagendakan khusus dalam rangkaian kerja. Saat misa menjelang penutup, orang nomor satu di jajaran Polda diberi kesempatan berdiri di mimbar dan menyampaikan beberapa hal.
Dalam sambutannya, Anang mengimbau kepada umat Katolik mengenai pentingnya toleransi antarumat beragama dalam menjaga keutuhan NKRI. Masalah kebhinekaan dan toleransi antarumat beragama menjadi salah satu hal yang penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan NKRI, termasuk di Kalteng yang dikenal sebagai Bumi Pancasila dengan Falsafah Huma Betang.
Guna memperkuat rasa toleransi beragama dan kebhinekaan, Kapolda memberikan materi kebhinekaan pada acara misa di Gereja Katedral Kota Palangka Raya.
“Toleransi antarumat beragama adalah salah satu bagian penting yang harus tetap dijaga dalam menjaga keutuhan NKRI, di mana bangsa ini terdiri dari berbagai macam keragaman dan sudah menjadi hal yang wajar dengan dasar Bhineka Tunggal Ika yang menjadi pemersatu seluruh elemen masyarakat dan elemat bangsa dalam menjaga NKRI” ucap Anang.
Selain itu, Anang juga mengungkapkan dengan adanya perbedaan dan keragaman yang ada di Indonesia, termasuk di Kalteng, sudah seharusnya menjadi kekayaan bangsa dan bukan pemecah bagi NKRI dan keragaman ini tentunya untuk Kalteng sendiri sesuai dengan Falsafah Huma Betang dan Bumi Tambun Bungai sebagi Bumi Pancasila. mel/udi