Senyum Warga Pulau Hanaut  Kala TMMD Wujudkan Mimpi Mereka

ISTIMEWA PERGESERAN MATERIAL- Satgas TMMD Reguler ke 109 saat melakukan pergeseran material ke lokasi rehab jembatan di Desa Bapinang Hilir Kecamatan Pulau Hanaut. Mereka harus terjun ke sungai, karena kapal yang membawa material tidak bisa mencapai lokasi rehab jembatan. Tampak Satgas TMMD bahu membahu bersama anggota Polri dan warga masyarakat untuk menyelesaikan rehab jembatan di Desa Bapinang Hilir Kecamatan Pulau Hanaut. Selama kegiatan berlangsung, protokol kesehatan tetap diterapkan.

SAMPIT/tabengan.co.id – Hari sudah menjelang petang saat tiga buah perahu melaju memecah ombak Sungai Mentaya menuju Dermaga Handil Gayam di Desa Bapinang Hilir, Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Hujan lebat, angin kencang dan gelombang air Sungai Mentaya yang cukup tinggi membuat ketiga perahu tersebut oleng.

Delapan orang anggota TNI dari Kodim 1015/Spt terlihat sudah menunggu di atas dermaga. Wajah khawatir berubah seketika saat ketiga perahu tersebut berhasil merapat di dermaga dengan selamat. Ketiga perahu tersebut membawa material yang akan digunakan untuk merehab tiga buah  jembatan di dua desa di Kecamatan Pulau Hanaut, yang merupakan daerah sasaran program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-109.

Kecamatan Pulau Hanaut merupakan kecamatan yang masih terisolir di Kalimantan Tengah. Kecamatan ini memiliki luas 630 kilometer persegi, terdiri dari 14 desa dengan jumlah penduduk sekitar 17.324 jiwa. Kecamatan ini berada di selatan di Kabupaten Kotawaringin Timur, berbatasan dengan Kecamatan Seranau di utara, Kabupaten Katingan di sebelah timur, Laut Jawa di selatan dan sungai Mentaya di sebelah barat.

Kecamatan ini terisolir karena masih belum ada akses jalan darat dari ibukota kabupaten yaitu Kota Sampit ke desa-desa di kecamatan tersebut. Satu-satunya transportasi yang bisa digunakan ke daerah ini adalah angkutan sungai, salah satunya perahu bermesin yang dalam bahasa setempat disebut kelotok.

Karena berada di tepi muara Sungai Mentaya dan berbatasan dengan Laut Jawa cuaca di daerah ini juga sering berubah-ubah dan cenderung ekstrem. Setiap sore dan malam angin berhembus kencang. Meski dermaga berada di dalam sungai, namun ombaknya cukup tinggi, karena lebar Sungai Mentaya di daerah ini mencapai 1,2 kilometer.

Dengan banyak persoalan dan kesulitan tersebut, tidak heran kecamatan ini masih sangat tertinggal dan terisolir di Kabupaten Kotawaringin Timur. Bahkan jembatan di sejumlah desa di Kecamatan Pulau Hanaut sudah puluhan tahun tidak diperbaiki. Sehingga kondisinya tidak hanya rusak tetapi sudah mengancam keselamatan warga yang melintas di atasnya.

Kepala Desa Bapinang Hilir Kecamatan Pulau Hanaut, Bahriansyah mengungkapkan, ada dua dua jembatan yang rusak parah di desanya. Yaitu jembatan Handil Gayam dengan panjang 15,30 meter dan jembatan Handil Samsu dengan panjang 42 meter. Kedua jembatan dengan konstruksi kayu ini dibangun sekitar tahun 1980-an. Namun sejak saat itu kedua jembatan tersebut sangat jarang mendapatkan perbaikan. Setelah puluhan tahun digunakan, kondisinya rusak parah.

Keberadaan kedua jembatan tersebut sangat vital, tidak hanya bagi warga Desa Bapinang Hilir saja, tetapi bagi warga di 14 desa di Kecamatan Pulau Hanaut. Karena kedua jembatan berada di jalan penghubung antardesa di kecamatan tersebut. “Para petani yang membawa hasil pertanian, para pelajar maupun pedagang dari desa-desa lain di Kecamatan Pulau hanaut melintasi jembatan ini,” terang Kades Bapinang Hilir.

Harapan dan doa warga akhirnya terwujud saat kegiatan Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke 109 memilih Kecamatan Pulau Hanaut sebagai lokasi kegiatan mereka.

Komandan Kodim 1015 Sampit, Letkol Czi Akhmad Safari SH mengungkapkan, pihaknya memilih Kecamatan Pulau Hanaut sebagai lokasi TMMD ke-109 karena masih buruknya infrastruktur jembatan yang ada di kecamatan tersebut, khususnya di desa sasaran yaitu Desa  Bapinang Hilir dan Desa Babirah.

“Ada tiga jembatan yang kita rehab, yaitu jembatan Handil Gayam dan Handir Samsu di Desa Bapinang Hilir serta Jembatan Sei Babirah di Desa Babirah. Selain itu kita juga ada sasaran tambahan yaitu renovasi sebuah musala dan membangun pos terpadu,” terang lulusan Akademi Militer tahun 2001 ini.

Menurutnya melakukan rehab jembatan di daerah terisolir tidaklah mudah. Untuk mendistribusikan material bangunan ke lokasi sasaran sangat berat. Selain harus menyeberangi Sungai Mentaya, material tersebut kemudian dibawa lagi menggunakan perahu yang lebih kecil agar bisa masuk ke anak sungai menuju lokasi rehab jembatan.

Bahkan mereka harus turun ke sungai karena perahu yang membawa material tidak mampu mencapai lokasi rehab jembatan. Material yang ada di dalam perahu kemudian dibongkar di tengah sungai. Mereka secara perlahan memindahkan material tersebut hingga mencapai lokasi rehab jembatan.

“Kondisi geografis, cuaca dan perairan sungai yang merupakan habitat buaya muara adalah tantangan terbesar dalam program TMMD ke-109 ini. Namun demikian bagi kami ini adalah pemacu semangat untuk mewujudkan mimpi masyarakat di sana,” jelas Dandim 1015 Sampit.

Sejak TMMD ke-109 dibuka pada tanggal 22 September 2020, sekitar 150 orang prajurit TNI AD dari Kodim 1015 Sampit yang tergabung dalam Satgas TMMD sudah mulai berjuang menghadapi tugas berat. Mereka memobilisasi peralatan dan juga material ke lokasi sasaran fisik TMMD. Material dan peralatan diangkut menggunakan jalan darat dari Kota Sampit ke Samuda di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Setelah itu dipindahkan ke kapal untuk menyeberangi Sungai Mentaya menuju Kecamatan Pulau Hanaut.

Kegiatan TMMD di kecamatan Pulau Hanaut ini banyak menuai pujian. Salah satunya disampaikan oleh Asisten Latihan (Aslat) Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Mayor Jendral TNI Harianto saat melakukan peninjauan ke lokasi TMMD di Kecamatan Pulau Hanaut, .

“Saya datang ke Desa Bapinang Hilir dan Desa Babirah Kecamatan Pulau Hanaut ini dalam rangka melihat kegiatan TMMD Reguler ke-109. Ini sangat luar biasa, jika biasanya kita melaksanakan kegiatan TMMD di daerah yang agak mudah terjangkau, dan kali ini di daerah yang agak sulit dijangkau,” terangnya, Rabu (30/9/2020)

Pujian juga disampakan Wakil Bupati Kotawaringin Timur, HM Taufiq Mukri. Menurutnya kegiatan TMMD sangat membantu pemerintah, khususnya Pemkab Kotim untuk membuka daerah terisolir yaitu Kecamatan Pulau Hanaut.

“Program TMMD merupakan program lintas sektoral  antara TNI, pemerintah daerah dan instansi lainnya. Pemerintah daerah menyampaikan apresiasi yang setinggi tingginya terhadap semua pihak yang terlibat dalam kegiatan TMMD ini. Pemkab Kotim saat ini juga sedang membangun jalan tembus menuju Kecamatan Pulau Hanaut,” kata Taufiq Mukri.

Dukungan kegiatan TMMD juga datang dari Ketua DPRD Kotawaringin Timur Dra Rinie dan Wakil Ketua I DPRD Kotim, H. Rudianur. Menurut mereka, daerah terisolir seperti Kecamatan Pulau Hanaut harus mendapatkan prioritas perbaikan infrastruktur. Sebab itu, kegiatan TMMD ke-109 yang menyasar daerah terisolir dinilai sebuah langkah yang sangat tepat.

Di sela-sela kegiatan TMMD, anggota Satgas juga mengajak warga setempat untuk patuh terhadap protokol kesehatan covid-19. Mereka juga membagikan masker kepada warga. Selama kegiatan rehab jembatan berlangsung, anggota Satgas TMMD juga selalu menggunakan masker. (Arbitsafari/Tabengan)