Ulasan  

Teras Bicara Tantangan Kekinian di Rakernas ICDN

Agustin Teras Narang

Teras Bicara Tantangan Kekinian di Rakernas ICDN

JAKARTA/tabengan.co.id-Senator asal Kalteng, Agustin Teras Narang bicara mengenai tantangan kekinian yang sedang dihadapi masyarakat Dayak, baik di tingkat lokal maupun nasional ke depan. Hal itu diungkapkan dia pada kegiatan Rapat Kerja Nasional Ikatan Cendikiawan Dayak Nasional (Rakernas ICDN) I, Selasa (10/11/2020)

Teras mengingatkan bahwa betapa dunia ini terus bergerak dan berubah. Dengan mengutip ungkapan terkenal dari Heraclitus, seorang filsuf besar dari Efesus di Asia Kecil pada abad ke-5 SM. “Panta rhei kai uden menei”, (semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap).

Menurut dia, setidaknya 5 tantangan kekinian yang tersaji di depan masyarakat Dayak. Pertama ada revolusi industri 4.0 dengan perubahan digital dan kecerdasan buatan. Selanjutnya ada bonus demografi 2045 yang membutuhkan penguatan generasi muda kita.

“Ketiga ada 17 sasaran pokok Sustainable Development Goals, khususnya berkaitan dengan pendidikan dan hidup sehat sejahtera serta kemitraan untuk mencapai suatu tujuan komunitas masyarakat kita. Keempat adalah situasi pandemi yang tidak pernah diprediksi sebelumnya dan kini memaksa kita menghadapi perubahan baru,” sebut Teras.

Lalu kelima, berkenaan dengan tantangan seputar agenda pemindahan Ibu Kota Negara dan juga sustainable food estate di Kalimantan Tengah. Semua isu ini merupakan bagian yang ingin saya tawarkan untuk disikapi oleh ICDN.

“Saya ajukan untuk ICDN dapat jawab. Sehingga lebih jauh diharapkan ICDN mampu berperan menghadapi situasi perubahan tersebut. Perubahan ini nyata dan sudah ada di hadapan kita,” kata dia.

Karena itu, Teras mengingatkan sangat penting untuk ICDN mengambil bagian dan menyiapkan tekad maju menghadapi tantangan ini. Agar masyarakat Dayak Layak, Dayak Patut dan Dayak Bisa, berkembang sejahtera sebagai bagian dari warga Negara kesatuan Republik Indonesia.

Diharapkan Teras persidangan yang akan digelar ICDN menghasilkan rumusan rekomendasi dan program kerja yang mampu menjawab tantangan kekinian lokal, nasional dan global, sebagaimana disampaikan Willy M Yoseph selaku ketum ICDN.

Selain itu, Teras menyebutkan apa yang diutarakan Isran Noor, Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina ICDN, bahwa Kalimantan itu banyak dihuni oleh masyarakat Dayak yang merupakan orang lokal, namun punya kesadaran nasional serta berpikir global. Seruannya agar masyarakat Dayak tidak merasa kurang percaya diri dan berani tampil, adalah cermin dari semangat yang selalu saya katakan, Dayak Layak.

Begitupun dengan pandangan Alue Dohong, selaku Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Alue menyampaikan bagaimana program TORA yang didorong oleh Presiden Jokowi hendaknya dimanfaatkan dengan dukungan peraturan daerah yang mengakui komunitas masyarakat adat. Termasuk agar ICDN melihat program kerja sama Kaltim dengan Bank Dunia dalam BioCarbon Fund terkait pengurangan emisi karbon, sebagai jalan kita merawat hutan masa depan. Mengambil jasa dari lingkungan dan bukan dari penebangan hutan.

“Semua pandangan ini cukup jelas membuka kesadaran. Kini tantangan kita sudah tidak mungkin lagi dihindari dan diperdebatkan. Sudah ada di hadapan kita tantangannya. Sekarang bagaimana kita menikmati sajian tantangan dan peluang yang ada. Kemudian tujuan kita satu. Tak lain dengan kata kebersamaan jadi kunci agar kita dapat menghadapi tantangan dan peluang itu dibalik perubahan dunia saat ini,” ungkapnya.

Teras juga mengingatkan agar tidak boleh lengah dan menyerah. Bukan saatnya lagi menghindari keadaan yang menghadirkan perubahan. Termasuk rencana pemindahan Ibu Kota Negara mesti disikapi arif dan antisipatif dengan menyiapkan diri sebaik mungkin. Sebab ini adalah peluang bagi semua pihak.

“Kita tidak bisa menutup diri karena kita sudah ada di ruang yang terbuka yang tidak bisa lagi kita hindari. Saatnya menyiapkan diri dan merasa layak serta mampu melaju di tengah arus perubahan.
Tiada kata lain, kebersamaan adalah kata kunci dalam kita berjuang. Tidak lagi kita membedakan kamu siapa, kamu dari mana, kamu suku apa, kamu agama apa. Kita adalah suku Dayak. Kita adalah Warga Negara Indonesia,” beber Teras. ist/adn