PALANGKA RAYA/tabengan.com – Setelah berhasil mengharumkan nama Kalteng di kancah nasional, sejumlah atlet dari cabang olahraga dayung mencoba mengadu nasib dengan mengikuti tes perekrutan tenaga kontrak di lingkungan Pemprov Kalteng. Namun hasilnya ternyata tidak seperti yang diharapkan.
Kurang lebih 10 orang yang mengikuti tes, tak ada satupun yang lolos. Dari hasil pengumuman semuanya dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS). Bahkan pada pengumuman tersebut ada yang dinyatakan tidak mengikuti tes, padahal kenyataannya serangkaian tes sudah diikuti semuanya.
“Tidak ada hasilnya mengikuti tes honorer di BKD, sedangkan kita ini berprestasi untuk Kalteng. Kita minta pertimbangan lagi dari Dispora dan KONI buat tembusan ke BKD langsung ke Sekda, biar bisa kerja untuk biaya beli minyak untuk latihan,” kata Efren, perwakilan atlet dayung yang tidak lolos seleksi, Rabu (28/2).
Para atlet dayung tersebut mengharumkan nama Kalteng di tingkat nasional melalui prestasi yang diraih pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Jawa Barat 2016. Pada saat itu, Efren bersama atlet lainnya meraih medali emas dan perunggu di nomor perahu naga. Saat ini masih aktif sebagai atlet dayung dan melakukan latihan persiapan untuk Porprov, Pra PON dan PON 2020 di Papua.
Efren lulusan SMA, enggan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi karena ingin mendedikasikan diri sebagai atlet dayung dengan harapan bisa terus mempersembahkan prestasi untuk Kalteng.
Ia menuturkan sebelumnya pernah masuk perguruan tinggi, namun rekomendasi izin yang diberikan tidak lama, sehingga waktu untuk latihan tidak maksimal. Karena itu, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya dan fokus berlatih dayung.
Ketua Umum Pengprov PODSI Kalteng Sipet Hermanto mengaku kecewa karena para atlet dayung yang mengikuti tes honorer tidak satupun yang lolos. Menurut Sipet sebelumnya Gubernur Sugianto Sabran pernah mengatakan bahwa para atlet dayung yang berprestasi menjadi prioritas untuk diberi pekerjaan, baik sebagai PNS maupun tenaga kontrak.
“Itu memang janji beliau (Gubernur). Tetapi problem kita itu, BKD dalam perekrutan tenaga kontrak tetap mengedepankan mekanisme dan aturan melalui yang namanya seleksi, ini problem kita. Jadi tidak otomatis dengan prestasinya itu mereka seharusnya tidak diberlakukan secara umum, tetapi prioritas sebagaimana yang dilakukan oleh Kemenpora,” imbuh Sipet.
Untuk itu, Sipet berharap perlu dipertimbangkan oleh panitia seleksi dengan mempertimbangkan atas prestasi dan dedikasi mengarumkan nama daerah. Bukan berarti para atlet tersebut istimewa, tetapi atas dasar prestasi para atlet, karena prestasi yang diraih atlet tidak gampang dan penuh perjuangan.
Ia mengaku atlet peraih medali sering digoda oleh provinsi lain untuk menjadi atletnya dengan diming-imingi pekerjaan, bahkan dijanjikan menjadi PNS. Namun karena cinta terhadap daerah, mereka enggan menerima tawaran tersebut. Hal itu menandakan bahwa nasionalisme para atlet terhadap daerahnya sangat luar biasa dan ini juga perlu dipertimbangkan. yml