PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Suasana penuh haru dan semangat belajar menyelimuti peresmian Sekolah Rakyat Kota Palangka Raya yang digelar di Jalan Iskandar No 2, Senin (22/9). Peresmian dilakukan langsung oleh Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin, sebagai wujud komitmen pemerintah daerah dalam menghadirkan akses pendidikan yang merata dan berkualitas bagi anak-anak, khususnya dari keluarga kurang mampu.
Dalam kegiatan yang berlangsung khidmat tersebut, Wali Kota Fairid meninjau sejumlah fasilitas, termasuk asrama siswa. Ia mengaku terkesan dengan kondisi asrama yang disiapkan cukup representatif untuk menunjang kegiatan belajar dan pembinaan karakter anak.
“Untuk peninjauan dari asrama, malah saya melihat asrama cukup bagus. Bagus untuk asrama, jadi masing-masing asrama baik putra maupun putri didampingi wali asrama di sebelah. Jadi langsung ada pengawasan di depan kamar,” ujar Fairid.
Fairid menambahkan, fasilitas Sekolah Rakyat dinilai sudah lebih dari cukup. Namun, ia menegaskan pemerintah akan terus melakukan pengembangan secara bertahap.
“Alhamdulillah untuk fasilitas saya rasa sudah lebih dari cukup. Mudah-mudahan bisa lebih banyak lagi, kita akan bertahap dan lanjutkan,” ucapnya.
Terkait daya tampung, Fairid menjelaskan bahwa tahap awal Sekolah Rakyat hanya menampung 75 siswa. Namun, tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah seiring evaluasi dan penilaian dari Kementerian Sosial.
“Kita jalan dulu yang ada, kita maksimalkan dulu. Kalau memang nanti bagus, positif, kenapa tidak kita tambah?” tegasnya.
Wali Kota juga menanggapi pertanyaan soal interaksi orang tua dengan anak-anak yang tinggal di asrama. Menurutnya, sekolah sudah menyiapkan mekanisme kunjungan.
“Kalau untuk kunjungan orang tua, sudah diatur, sebulan sekali bisa mengunjungi anak-anaknya di sekolah rakyat,” jelasnya.
Selain fasilitas asrama, perhatian juga diberikan pada penyediaan makanan bergizi bagi para siswa. Fairid menegaskan, seluruh kebutuhan makan akan dipenuhi langsung di lingkungan sekolah.
“Makan tetap disiapkan di sekolah, tidak bergabung dengan sekolah lain. Ada dukungan juga dari dapur umum,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah Rakyat Palangka Raya, Ranny Triayu Shinta menjelaskan, sistem pendidikan yang diterapkan pada dasarnya sama dengan sekolah umum, yakni menggunakan kurikulum nasional. Namun, ada kekhasan dengan tambahan kurikulum berbasis asrama.
“Sekolah Rakyat hampir sama dengan sekolah lain pada umumnya. Bedanya, di sini ada kurikulum berbasis asrama untuk pembiasaan karakter positif. Kalau sekolah reguler, anak-anak tidak berada di tempat tersebut selama 24 jam. Sedangkan di Sekolah Rakyat mereka berada di sini penuh waktu,” tutur Ranny.
Ranny menyebut, Sekolah Rakyat menerima siswa berusia 6–12 tahun. Mayoritas siswa berasal dari wilayah Kota Palangka Raya, namun ada juga yang datang dari kecamatan terjauh seperti Rakumpit. Hingga kini tercatat ada 75 anak, terdiri dari 42 siswa laki-laki dan 33 siswi perempuan.
Meski baru diresmikan, aktivitas belajar-mengajar belum langsung berjalan. Diketahui siswa akan mulai masuk asrama sekaligus aktif mengikuti kegiatan belajar pada Senin, 29 September 2025. Untuk saat ini pemeriksaan kesehatan dan administrasi juga masih terus dilakukan.
Peresmian Sekolah Rakyat Palangka Raya ini diharapkan menjadi tonggak baru bagi pemerataan pendidikan di daerah. Dengan dukungan penuh pemerintah kota dan fasilitas yang memadai, sekolah ini diyakini akan menjadi rumah kedua yang mampu membentuk karakter positif serta memberikan kesempatan belajar yang layak bagi anak-anak yang membutuhkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kota Palangka Raya Riduan menyampaikan, operasional Sekolah Rakyat sepenuhnya dibiayai oleh Kementerian Sosial.
Saat ini tenaga pendidik terdiri dari satu kepala sekolah dan tiga guru dari Kemensos, ditambah guru tambahan dari Pemerintah Kota. Sementara wali asrama, tenaga kebersihan, hingga pendukung lainnya, memanfaatkan SDM dari Kemensos, PKH, dan PSM.
Menurut Riduan, kurikulum yang diterapkan tidak sepenuhnya sama dengan sekolah reguler. SR lebih menekankan pada pendidikan inklusif, keterampilan, dan kemandirian.
“Tujuannya agar siswa tidak hanya mendapat pelajaran umum, tapi juga bekal keterampilan hidup,” jelasnya. nws/rmp





