BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem Sepekan, Hujan Es Dan Angin Kencang

BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem Sepekan, Hujan Es Dan Angin Kencang
ILUSTRASI/NET

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Warga Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, dikejutkan oleh fenomena hujan es yang disertai angin kencang pada Jumat (3/10) sore. Kejadian langka ini menimbulkan kepanikan di sejumlah permukiman, lantaran butiran es berjatuhan bersamaan dengan hujan deras.

Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Palangka Raya, Chandra Mukti menjelaskan fenomena ini terjadi akibat pertumbuhan awan Cumulonimbus yang ekstrem.

Menurutnya, kondisi atmosfer yang labil, kelembapan udara yang tinggi, serta suhu permukaan yang relatif hangat turut mendukung terbentuknya hujan es.

“Uap air yang naik ke lapisan atas awan mengalami pendinginan ekstrem hingga membentuk butiran es. Dengan adanya arus udara naik (updraft) yang cukup kuat, butiran es tersebut dapat bertahan dan membesar sebelum akhirnya jatuh ke permukaan bumi,” terangnya, Senin (6/10).

Ia menambahkan, suhu permukaan yang berada pada kisaran 28–34 derajat Celsius dan tingginya kandungan uap air di udara menjadi faktor penting dalam pembentukan awan hujan yang masif.

“Fenomena ini biasanya terjadi pada musim peralihan atau musim hujan dengan intensitas tinggi,” ujarnya.

Pertumbuhan awan Cumulonimbus yang pesat tidak hanya memicu hujan es, tetapi juga angin kencang dan hujan lebat yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan angin puting beliung.

BMKG juga mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi cuaca ekstrem di wilayah Kalteng dalam beberapa pekan ke depan.

“Kami meminta masyarakat untuk tidak panik namun tetap meningkatkan kewaspadaan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan bencana,” katanya.

Sementara itu, Prakirawan BMKG, Alfandy, menyampaikan sebagian besar wilayah Kalteng, termasuk Kota Palangka Raya, masih berpotensi diguyur hujan dalam sepekan ke depan. Hujan yang turun diperkirakan bervariasi, mulai dari hujan ringan hingga lebat dengan sifat lokal dan sporadis.

Kondisi ini merupakan bagian dari dinamika cuaca pada musim penghujan yang saat ini melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Menurutnya, pola hujan yang terjadi belakangan ini dipengaruhi oleh atmosfer yang cukup labil sehingga memicu terbentuknya awan-awan hujan.

“Pada dasarnya, di musim penghujan memang sering berpotensi terjadi bencana hidrometeorologi. Hal tersebut wajar, karena biasanya dipicu oleh dinamika atmosfer yang labil. Bencana yang muncul seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang termasuk dampak dari cuaca ekstrem,” ujarnya, Senin (6/10).

BMKG mencatat tekanan udara di wilayah Indonesia pada umumnya berada di kisaran 1008–1016 hPa. Pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya bertiup dari arah Utara–Timur, sedangkan di bagian selatan bertiup dari Utara–Selatan.

Di wilayah Kalteng sendiri, kecepatan angin rata-rata berkisar 5–15 kilometer per jam dan cenderung bergerak dari arah Utara–Barat Daya. Suhu udara harian tercatat berada pada kisaran 23°C hingga 34°C, dengan tingkat kelembapan mencapai 60–100 persen.

Alfandy mengingatkan, meskipun sebagian hujan yang terjadi hanya bersifat lokal dengan durasi singkat, namun beberapa kali dapat disertai petir atau kilat, angin kencang, bahkan angin puting beliung. Fenomena ini perlu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

“Kami mengimbau masyarakat agar tetap waspada, terutama terhadap potensi hujan lebat yang terjadi secara tiba-tiba dan berdurasi singkat. Hujan seperti ini dapat menimbulkan dampak berupa genangan air, banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang,” katanya.

Ia meminta agar warga tidak mengabaikan potensi bahaya yang ditimbulkan. Masyarakat juga diminta untuk memperkuat kesiapsiagaan dengan memastikan saluran air tetap lancar, menghindari aktivitas di luar ruangan saat hujan lebat disertai kilat, dan menjauh dari pohon besar atau papan reklame yang rawan tumbang.

Kondisi cuaca yang diprakirakan berlangsung hingga sepekan ke depan ini menjadi peringatan bagi seluruh pihak, terutama di daerah di Kalteng, untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi. Dengan kewaspadaan bersama, dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan sehingga aktivitas masyarakat tetap berjalan dengan aman. dte