Ketua RT Bingung Banyak Penerima BST yang Tidak Ada Orangnya

Ketua RT 02 B Kelurahan Nanga Bulik, Kecamatan Bulik, GT. Moch. Yamin S menunjukkan daftar warga penerima BST. KARAMOI

NANGA BULIK/tabengan.co.id – Guna membantu masyarakat terdampak Covid-19, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah meluncurkan sejumlah program bantuan. Salah satu bantuan yang diluncurkan adalah Program Bantuan Sosial Tunai (BST) Kemensos.

Namun ternyata, dalam pelaksanaannya di lapangan masih terjadi carut marut data penerima BST. Terbukti, masih banyak penerima BST yang ternyata tidak ada orangnya.

Hal itu seperti disampaikan oleh Ketua RT 02 B, Kelurahan Nanga Bulik, GT, Moch. Yamin S. Dirinya mengaku bingung lantaran ada beberapa nama penerima BST di lingkungan RT-nya, namun pada kenyataannya nama-nama tersebut tidak ada orangnya.

“Setidaknya, ada 8 nama penerima BST di RT saya yang orangnya tidak ada pada pencairan tahap pertama. Atas saran pemerintah kelurahan Nanga Bulik, maka saya usulkan agar nama yang tidak ada orangnya tersebut diganti dengan nama warga yang memang betul-betul ada orangnya ditambah lagi dengan warga lain dengan kriteria layak menerima sebanyak 17 orang,” ungkapnya, Rabu (3/6/2020).

Namun, lanjut dia, dari 17 orang yang diusulkan tersebut ternyata tidak ada satupun nama yang masuk sebagai penerima BST untuk tahap kedua.

“Sedangkan untuk lingkungan RT lainnya, paling sedikit ada 10 sampai 17 orang yang namanya masuk dalam daftar penerima BST,” jelasnya.

Merasa kesal dan bingung karena ternyata nama 17 orang usulan baru yang disampaikannya tidak masuk, Yamin mencoba kembali mendatangi Kantor Kelurahan Nanga Bulik dan juga Kantor Dinsos (Dinas Sosial) Lamandau untuk meminta penjelasan.

“Pihak Kelurahan Nanga Bulik menyebut data usulan sudah diserahkan ke pihak Dinsos. Tetapi, saat saya konfirmasi ke Dinsos, mereka bilang kalau data usulan berasal dari bawah (RT dan Kelurahan). Makanya saya bingung, kok saya merasa dipingpong dan tidak ada kejelasan,” keluhnya.

Dirinya berharap, pihak terkait bisa mencarikan solusi atas permasalahan tersebut. “Bukan apa-apa, saya kan malu. Disuruh mendata warga agar dapat bantuan, tapi nyatanya tidak dapat. Apalagi warga terus menanyakan kepada saya tentang kapan BST mereka bisa cair,” cetusnya. c-kar