Waspada, Banjir Ancam Ketahanan Pangan

Waspada, Banjir Ancam Ketahanan Pangan
Kepala DPKP Kota Palangka Raya Sugianto

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.IDCurah hujan ekstrem yang terus-menerus melanda Kalimantan Tengah, khususnya Kota Palangka Raya, menimbulkan kekhawatiran serius bagi sektor pertanian. Guna mengantisipasi dampak buruk tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Palangka Raya telah mengambil langkah-langkah proaktif dengan berkoordinasi langsung dengan para petani di wilayah sentra produksi.

Kepala DPKP Kota Palangka Raya Sugianto menjelaskan, pihaknya telah berdiskusi dengan para petani di Kelurahan Kalampangan dan Tangkiling. Kedua wilayah ini dikenal sebagai salah satu penghasil sayur-mayur utama di Palangka Raya dan sangat rentan terdampak banjir saat musim hujan.

“Kita ketahui salah satu penghasil sayur mayur yang ada di Palangka Raya ada di Tangkiling dan Kalampangan, dan sebagian besar itu jika musim hujan akan terjadi banjir atau merendam wilayah pertanian,” ujar Sugianto kepada Tabengan, Jumat (12/9).

Untuk mengantisipasi potensi gagal panen, Sugianto menyebutkan bahwa dinasnya telah mendorong para petani untuk melakukan penanaman lebih awal. Langkah ini diambil berdasarkan prediksi bahwa puncak musim banjir biasanya terjadi pada bulan November dan Desember.

“Demi mengantisipasi hal itu, kami melakukan penanaman lebih awal karena prediksi puncak yang biasanya terjadi banjir di bulan November-Desember. Jadi harus menanam lebih dulu sehingga di bulan Juli dan Agustus sudah mulai menanam, dan saat masa panen tidak berdampak,” jelasnya.
Kebijakan penanaman lebih awal ini merupakan hasil dari pengalaman pahit dua tahun terakhir, di mana wilayah pertanian di Kalampangan kerap dilanda banjir tahunan yang menyebabkan kerugian besar.

Sugianto menambahkan, banjir di Palangka Raya sendiri sebenarnya tidak terlalu parah. Namun, masalah utama muncul ketika banjir kiriman datang dari hulu, tepatnya dari wilayah Kereng Bengkel, yang memperparah kondisi dan mengancam lahan pertanian.

“Kalau cuma banjir dari Palangka Raya sebenarnya tidak terlalu parah. Namun, yang menjadi masalah ketika itu datang dari wilayah atas, yakni Kereng Bengkel, yang menyebabkan hal itu menjadi berdampak bagi petani,” kata Sugianto.

Banjir yang merendam lahan pertanian seringkali mengakibatkan gagal panen dan kelangkaan stok sayur. Dampak lanjutannya adalah harga sayur-mayur melonjak di pasaran, merugikan baik petani maupun konsumen.

“Sehingga stok sayur menjadi gagal panen dan stok habis, menyebabkan harga naik. Ini yang kita antisipasi, kita harapkan itu dapat bisa teratasi,” pungkas Sugianto, menunjukkan tekad untuk menjaga ketahanan pangan kota di tengah tantangan cuaca ekstrem. rmp