PANGKALAN BUN/TABENGAN.CO.ID – Dalam rangka meningkatkan infrastruktur jalan yang berkualitas , Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kotawaringin Barat berinovasi dengaj penerapan teknologi SCB (Soil-Cement Base).
Inovasi ini sebagai melangkah maju menuju sistem pembangunan jalan yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan memanfaatkan potensi sumber daya lokal secara optimal.
Kepala Dinas PUPR Kobar Muhammad Hasyim Mualim melalui Kepala Bidang Bina Marga Suradi menyampaikan teknologi Soil-Cement merupakan campuran antara tanah setempat, semen, dan air yang dipadatkan untuk membentuk lapisan dasar jalan yang kokoh dan tahan lama.
Cara ini diyakini menjadi solusi cerdas pengganti agregat konvensional karena mampu menekan biaya pembangunan tanpa mengorbankan mutu dan daya tahan.
“Teknologi ini telah mulai diterapkan pada sejumlah ruas jalan program P2DT yang tersebar di wilayah Pangkut, Sukarame, Gandis, Kerabu, Penyombaan, Pandau, Riam, hingga Sungai Dau, dengan total panjang mencapai 67 kilometer,” ujar Suradi.
Menurut Suradi, jika menggunakan agregat konvensional, biaya pembangunan per kilometer dengan lebar empat meter bisa mencapai lima miliar rupiah. Tapi dengan metode Soil-Cement, penghematan bisa sangat signifikan karena bahan-bahannya tersedia di lokasi, kualitasnya pun tidak perlu diragukan lagi.
“Hampir semua wilayah yang menjadi lokasi proyek memiliki cadangan tanah laterit dan tanah kepasiran, dua material alami yang sangat sesuai digunakan dalam proses pencampuran Soil-Cement, karena tanah kepasiran justru lebih unggul karena memiliki daya ikat yang baik. Bahan ini melimpah di lokasi proyek, sehingga tidak perlu didatangkan dari luar,” jelasnya.
Dengan komposisi campuran awal 7 bagian semen, metode ini telah terbukti menghasilkan lapisan dasar jalan yang kokoh. Berdasarkan simulasi perhitungan, pembangunan jalan sepanjang 800 meter hanya membutuhkan anggaran sekitar Rp 2,5 miliar — jauh lebih efisien dibandingkan metode konvensional.
Saat ini, proyek masih berada dalam tahap ABT (Anggaran Belanja Tambahan) dan proses lelang konsultan perencanaan serta pengawasan, dengan total pagu sebesar Rp 3,9 miliar. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 500 juta digunakan untuk fungsional jalan, sementara sisanya difokuskan pada pekerjaan Soil-Cement dan aspal.
Dikatakan, keberhasilan penerapan teknologi ini diharapkan menjadi tonggak baru bagi pembangunan infrastruktur Kobar di masa depan. Pemkab berencana memperluas penerapannya tidak hanya di wilayah Arut Utara, tetapi juga di Kotawaringin Lama serta beberapa poros desa lainnya yang masih memerlukan perhatian dari sisi peningkatan kualitas jalan.
“Inovasi ini bukan hanya tentang efisiensi anggaran, tapi juga langkah menuju pembangunan yang lebih hijau, berdaya guna, dan berpihak pada potensi daerah. Dengan Soil-Cement, kita membangun jalan masa depan Kobar — kuat, hemat, dan lestari,” kata Suradi. c-uli