Prabowo Siap Kirim 500 Ribu PMI Terampil, Mukhtarudin: Bidik Kalteng Jadi Lumbung Talenta Global

Prabowo Siap Kirim 500 Ribu PMI Terampil, Mukhtarudin: Bidik Kalteng Jadi Lumbung Talenta Global
WAWANCARA- Menteri P2MI RI Mukhtarudin saat diwawancarai, Jumat (28/11). FOTO TABENGAN/RAHUL

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Pemerintah mulai tancap gas menjalankan program Quick Win Presiden Prabowo Subianto. Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin menegaskan, target besar pengiriman 500.000 Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke berbagai negara pada tahun 2026.

Mukhtarudin menjelaskan, dari setengah juta kuota tersebut, sekitar 300.000 akan diprioritaskan bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melalui program “SMK Go Global”. Langkah ini disiapkan untuk mengurangi penurunan vokasi sekaligus mengisi peluang kerja internasional yang membuka lebar.

Berdasarkan Data Sistem Informasi dan Aplikasi Pelayanan Ketenagakerjaan (SIAP Kerja) P2MI, Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 19 persen dari kebutuhan pasar kerja global.

“Permintaan tenaga kerja sangat tinggi, namun kesiapan kita belum sebanding. Karena itu kita harus menyiapkan SDM dengan kompetensi berstandar internasional,” kata Mukhtarudin.

Sektor kesehatan masih menjadi primadona dengan tingginya kebutuhan perawat (nurse) dan pengasuh lansia (caregiver) di Jepang, Jerman, hingga Timur Tengah. Selain itu, sektor manufaktur, welder, dan perhotelan juga terus mencari tenaga profesional dari Indonesia.

Untuk mencapai target tersebut, Kementerian P2MI menekankan pentingnya strategi link and match antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan industri luar negeri. Pemerintah pusat membuka jalur diplomasi dan regulasi, sementara pemerintah daerah serta lembaga pendidikan menyiapkan SDM yang memenuhi standar.

Mukhtarudin mengajak Pemprov Kalteng ikut memastikan anak-anak daerah memiliki daya saing global.

“Kami siap memfasilitasi penempatannya.Pemerintah daerah perlu aktif menyiapkan pelatihan bahasa dan keterampilan teknis bagi putra-putri Kalteng,” ujarnya.

Ia menegaskan, langkah ini adalah bentuk kehadiran negara untuk memberi akses kerja luar negeri tanpa membebani masyarakat dengan biaya pelatihan yang tinggi.

Kepada para mahasiswa Poltekkes, Mukhtarudin berpesan bahwa kecerdasan akademik saja tidak cukup. Penguasaan soft skill, integritas, kekuatan mental, dan sikap kerja yang baik menjadi kunci bertahan di dunia kerja global.

“Anak-anak harus berani keluar dari zona nyaman. Tidak ada kesuksesan yang instan, semua butuh ilmu, keterampilan, dan mental baja,” tegasnya.

Ia juga menyoroti kemampuan bahasa asing sebagai tantangan terbesar calon tenaga kerja Indonesia. Bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, hingga Jerman menurutnya wajib diprioritaskan, karena persaingan global menilai kompetensi, bukan asal daerah.

Pemaparan akhir ini, Mukhtarudin optimistis Kalteng bisa menjadi penyumbang tenaga kerja profesional ke luar negeri jika pemerintah pusat, daerah, dan lembaga pendidikan bergerak bersama.

Ia mengingatkan bahwa peluang bonus demografi harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar tidak berubah menjadi bencana demografi. Rmp