Bayi Tanpa Batok Kepala Meninggal

PANGKALAN BUN/tabengan.co.id – Setelah dirawat selama 16 hari di ruang Perinatologi RSUD Sultan Imanudin Pangkalan Bun, Rahmat Hidayat bayi yang lahir tanpa batok kepala, akhirnya meninggal Kamis (24/1) pukul 01.00 WIB dini hari. Bayi putera ketiga dari pasangan Barliansyah dan Sri Wahyuni, warga Jalan Gusti Abdullah RT 03, Kelurahan Raja Seberang, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat itu, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya sempat mengalami kejang-kejang karena demam tinggi.

Pelaksana Tugas Direktur RSUD Sultan Imanudin Pangkalan Bun Fahruddin mengatakan bahwa bayi terlahir tanpa batok kepala itu sangat rentan. Meski kondisi Rahmat Hidayat sempat mengalami stabil.

“Rahmat Hidayat berusia 18 hari dan selama 16 hari telah mendapatkan perawatan intensif di ruangan Perinatoigi RSUD Sultan Pangkalan Bun. Selama dirawat awalnya kondisinya stabil, namun sehari sebelum meninggal sempat mengalami kejang-kejang,” kata Fahruddin melalui telepon seluler kepada Tabengan, Kamis (24/1).

Meski kondisi Rahmat stabil, lanjut Fahruddin, dalam beberapa hari terakhir ada banyak gangguan dari bayi tersebut. Perawat dan dokter juga sudah berusaha memberikan hal terbaik. Namun umur seseorang tidak bisa ditentukan dan akhirnya meninggal pada Kamis dini hari.

“Untuk penyebabnya sendiri ada komplikasi. Mulai dari lahir tidak ada batok kepala yang menyebabkan terjadinya risiko beberapa penyakit. Kemudian pada Rabu malam bayi tersebut sempat kejang-kejang, akibat demam dan gangguan pernapasan, hingga nyawanya tidak dapat tertolong. Berdasarkan sejumlah kasus di Indonesia, bayi yang lahir tanpa batok kepala tidak bisa bertahan hidup lama,” terang Fahruddin.

Dijelaskannya, kepala itu merupakan organ vital yang di dalamnya otak. Jika tanpa pelindung, maka akan rentan dengan masuknya bakteri atau virus. Jadi kemungkinan hidup itu sangat kecil.

Jenazah Rahmat Hidayat akhirnya dibawa pulang oleh pihak keluarga dan langsung dimakamkan di TPU Sekip Pangkalan Bun sekitar pukul 09.00 WIB. Meski kepergian Rahmat Hidayat meninggalkan duka, namun keluarga mengaku sudah ikhlas.

“Sejak kelahirannya dan melihat kondisi putra saya itu, kami terus berharap ada keajaiban agar putra kami bisa bertahan. Namun kami pun harus merelakannya karena semuanya sudah kehendak Allah SWT, Allah lebih menyayangi putra kami,” kata Sri Wahyuni sembari terisak isak.

Barliansyah, ayah dari Rahmat Hidayat, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat membantu bayi Rahmat Hidayat selama menjalani perawatan di Rumah Sakit. Mulai dari Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat, Pemerintah Provinsi, relawan, dan warga yang sudah bersedia memberi bantuan untuk biaya perawatan. c-uli