PALANGKA RAYA/tabengan.co.id– Sejumlah masyarakat dibuat bingung dengan hasil pemeriksaan PCR di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Doris Sylvanus Palangka Raya. Sebab, pemeriksaan sampel yang dilakukan di RS milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah tersebut hasilnya positif terinfeksi virus Corona, namun pemeriksaan swab PCR di RS lain hasilnya negatif.
Salah satunya, Christian Sancho. Dia mengatakan, pada saat itu pengambilan sampel dilakukan di belakang Kantor Dinas Sosial Provinsi Kalteng, Jumat (20/8) pukul 20.00 WIB. Namun, di surat keterangan tertulis pengambilan sampel dilakukan 21 Agustus dan pemeriksaan sampel pada pukul 10.00 WIB.
Dalam surat keterangan tersebut, ia dinyatakan positif dalam surat keterangan tertanggal 22 Agustus. Dia pun kaget karena hasil pemeriksaan sudah beredar ke mana-mana. Dia sendiri baru mendapatkan hasil resminya dari RS setelah berinisiatif menanyakan ke RS.
Tidak terima dengan hasil tersebut, kemudian Sancho bersama seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah melakukan swab antigen secara mandiri di Laboratorium Medika pada 21 Agustus, hasilnya negatif. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan sampel menggunakan PCR pada 23 Agustus di RS Bhayangkara, hasilnya negatif, sehingga ia pun bisa berangkat ke Papua sebagai anggota Tim Aju KONI Provinsi Kalteng untuk melihat berbagai kesiapan di sana.
Hal yang hampir sama dengan Sancho juga dialami oleh Subandi S Musan. Dia melakukan pengambilan sampel pada Rabu (25/8). Keesokan harinya, Kamis (26/8), hasil pemeriksaan PCR dari RSUD dr Doris Sylvanus tersebut keterangannya positif Covid-19.
Namun, ia pun melakukan pemeriksaan swab PCR di RS Bhayangkara pada Jumat (27/8), hasilnya negatif. Sebelum melakukan tes PCR di RS Doris, pada Selasa (24/8), Subandi melakukan pemeriksaan swab antigen di Laboratorium Medika, hasilnya negatif.
“Hasilnya positif, saya kaget tidak ada gejala apa-apa, tidak ada keluhan, saya tidak puas dan tanggal 27 pagi saya swab PCR di RS Bhayangkara hasilnya negatif,” kata Subandi, Minggu (29/8).
Hal yang membuatnya kesal lantaran hasil pemeriksaan PCR RS Doris diketahuinya dari rekan-rekannya dan istrinya, bukan dari pihak RS. Ia baru diinformasikan oleh pihak RS secara resmi pada pukul 24.00 WIB.
“Saya tidak mau melakukan komplain, sudahlah, itu pekerjaan mereka, saya anggap hasilnya demikian. Kurang, namun bagi saya data base rumah sakit itu sudah beredar jam 10.15 daftar orang yang kena Covid-19. Saya malah belum tahu, saya tidak dikasih tahu data jam 10.15 itu. Saya baru dikasih tahu jam 12 malam oleh pihak rumah sakit, itu yang kurang nyaman bagi saya,” imbuh Subandi.
Humas RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya Cipta Yanatama mengatakan, faktor penyebabnya bisa saja pasien baru terpapar atau telah lama terpapar. Sejauh ini yang mengajukan komplain secara resmi belum ada, agar mendapatkan penjelasan. Laboratorium dilakukan secara reguler kalibrasi untuk menjamin kevalidan hasil.
“Jadi ada istilah negatif palsu, ini bukan artian narasi jelek, itu cuma istilah, mungkin lebih pada negatif yang mengelabui. Misalnya, secara jumlah virusnya masih sangat sedikit, sehingga untuk antigen tidak terbaca, bahkan kit reagen ekstraksi tertentu mungkin belum mampu membaca virus yang masih sedikit,” kata Cipta.
Selain itu, lanjut Cipta, teknik swab pun memengaruhi. Sejauh ini laboratorium milik RS Doris diakui Kemenkes RI bahkan WHO dan secara reguler melakukan kalibrasi. Dalam 1×24 jam perkembangan virusnya memang berbeda, bahkan prosedur kamar operasi di RS Doris, pasien swab PCR 2 kali dengan jeda 24 jam. yml