Ekobis  

Pakar Ekonomi Luruskan Masalah Prilaku Panic Buying

Pakar Ekonomi Luruskan Masalah Prilaku Panic Buying
Pengamat Ekonomi Kalteng sekaligus Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya Fitria Husnatarina

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO ID. – Pakar Ekonomi Kalteng, Fitria Husnatarina meluruskan adanya statemen bahwa Panic Buying Berdampak Positif.
kepada Tabengan Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis UPR itu menegaskan, bahwa tidak ada teori ekonomi yg dikeluarkan oleh pakar ekonomi mana pun yang mengatakan bahwa Panic Buying memberi energi positif.
Pasalnya, kondisi Panic Buying memiliki dampak dan efek domino yang sangat buruk. Sebab saat terjadi Panic buying mekanisme pasar akan menjadi kacau. Dampaknya persediaan akan semakin menipis “limited edition,” masyarakat akan kesulitan memperoleh barang dan yang paling parah adalah akan terjadi chaos atau kerusuhan. Jika terjadi chaos harga terhadap produk akan sangat tinggi. Sehingga untuk memulihkan kembali ke kondisi semula akan memerlukan investasi yang sangat besar.
“Jujur saya gregetan, anomali-anomali pasar yang kita berusaha memanage dengan baik, didik dengan baik agar pelaku pasar itu terliterasi dengan baik beraktifitas dalam kapasitas normal itu kemudian di-push dengan adanya intervensi Panic buying, itu salah. Merusak pasar bange,” tegasnya.
Selanjutnya Mantan Ketua Ikatan Akuntan Indonesia Kalimantan Tengah itu juga mengatakan agar tidak Panic buying mekanisme pasar harus dikelola dengan baik. Salah satunya mengedukasi pelaku pasar dan masyarakat dengan leterasi yang cerdas dan bukannya mengeluarkan statemen bahwa Panic buying dapat membawa dampak yang positif.
“Tapi bagi pelaku pasar yang cerdas, tidak akan melakukan Panic buying. Bagaimana caranya, ada barang subtitusi. Kemudian memanage kebutuhan, mengelola jalur distribusi. Jadi pencegahan Panic buying harus dilakukan. Sebelum terjadi malah. Jadi Panic buying bukan energi positif,” imbuhnya dengan penekanan khusus.
Disebutkannya pula Pemerintah dan lembaga-lembaga terkait telah mengupayakan agar Panic buying tidak terjadi dengan beberapa cara seperti pasar penyeimbang dan program-program lainnya. Seperti pendekatan clasteringnya yang ditingkatkan, sasaran yang dituju difokuskan dan secara internal untuk saling memenuhi misal dalam pemerintah daerah dengan mensupport UMKM.
Direktur Galeri Investasi BEI UPR itu juga mengatakan Jangan memilih atau melakukan pembiaran Panic buying sebuah strategi yang baik. Tidak ada argumentasi sebab-akibat (kausalitas) yang membenarkan itu sebuah aktifitas yang baik. Akan menyebabkan chaos. Chaos akan menyebabkan sifat oportunistik, bahaya banget ini.
“Kalau saya berpikir orang-orang yang berpendapat bahwa Panic buying itu betul, saya akan bertanya “Anda akan mendukung “Opportunis Habit/ Behavior” di pasar. Opprtunis Behavior itu siapa yang dapat manfaatnya, segolongan. Personal sekali, dengan Panic buying barang-barang yang ditimbun oleh pihak-pihak tertentu bisa dijual dengan harga tinggi. Dengan Panic buying masyarakat dikondisikan membeli barang dengan harga berapapun. Saya sebagai orang yang belajar, mengamati dan mengajar tentang ekonomi menegaskan bahwa Panic buying adalah behavior yang buruk,” ujarnya tegas menutup wawancara. dsn