PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Hingga saat ini jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palangka Raya menyatakan belum ada laporan peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Kendati demikian, Dinkes Provinsi Kalteng meminta masyarakat tetap waspada. Pasalnya, saat kondisi cuaca ekstrem sekarang ini, berbagai penyakit sangat rawan menyerang masyarakat.
Melihat kondisi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang semakin hari semakin meningkat serta kondisi suhu panas yang terus meningkat, tentu bisa memberikan warning serta dampak khusus produksi asap akibat karhuta dalam pengaruhnya pada kesehatan manusia. Salah satunya seperti penyakit yang berkaitan dengan pernapasan (ISPA), diare, dehidrasi dan lainnya yang saling bersinggungan erat akibat terjadinya fenomena alam serta fenomena cuaca.
Kepala Dinkes Kota Palangka Raya melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P3) Erna Parida mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan peningkatan yang signifikan terkait kasus ISPA.
“Tapi, sekarang kami juga sedang gencar-gencarnya melalukan edukasi ke masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan mulai menggunakan masker bila perlu karena melihat sekarang adanya asap yang sudah terlihat,” kata Erna, Selasa (23/8).
Dipaparkan, untuk saat ini Dinkes Kota sedang melakukan observasi terhadap asap dan menganalisa data tentang penyakit ISPA serta mulai bersiap-siap dalam upaya antisipasi, jika nanti kondisi semakin parah dengan mulai akan melakukan pembagian masker kepada masyarakat.
“Kesiapan tentang tenaga kesehatan untuk saat ini kami juga sudah bersiap-siap untuk menangani permasalahan dampak dari karhulta ini di bidang kesehatan. Untuk sekarang dan seterusnya terus melakukan pendidikan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan banyak minum air putih, berolahraga seperlunya tidak juga berlebihan karena sekarang banyak didapati pasien yang mengalami dehidrasi,” terangnya.
Ia juga mengingatkan kepada masyarakat untuk hidup seperti biasanya, namun tetap menjaga kesehatan dan tidak melupakan dari prokes kesehatan, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Karena biasanya jika musim kemarau semakin meningkat, maka penyakit seperti diare biasanya juga mengiringi.
“Melihat kondisi suhu kota yang sedang panas-panasnya dan terik-teriknya sekarang disarankan untuk minum banyak air putih, beraktivitas di luar seperlunya saja, menggunakan lotion demi menjaga kulit tetap terhidrasi dengan baik dan jangan lupa juga menggunakan sunscreen atau tabir surya demi mencegah kanker kulit,” harapnya.
Dia juga mengimbau, khususnya anak-anak melalui orang tua, untuk mengurangi konsumsi es. Karena sifatnya akan menyerap kembali dan membuat anak akan mudah terkena dehidrasi, yang takutnya pada es tersebut ada terkandung pengawet atau pemanis buatan.
Sementara untuk orang tua yang memiliki bayi, khususnya sedang dalam masa MPASI, untuk lebih diperhatikan kembali kebersihan pada alat-alat yang digunakan oleh anak dan imunisasi dilengkapi.
Terpisah, Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Kalteng Dr Riza Syahputra menyebutkan sejumlah ancaman penyakit mengintai masyarakat saat ini.
“Debu dan kabut asap dapat mengakibatkan ISPA. Kelangkaan air bersih biasanya mengakibatkan diare,” ungkap Riza, Senin (21/8).
Riza yang juga Koordinator Tim Bencana itu, menyebut belakangan kasus ISPA meningkat, terutama wilayah dengan kualitas udara tercemar kabut asap berdasar data pembanding tahun 2022 dan 2023. Yang paling terdampak ISPA adalah anak-anak karena ketahanan tubuh yang masih belum tinggi dan orang lanjut usia karena daya tahan tubuhnya telah berkurang.
Pihak Dinkes Kalteng berencana melaksanakan pemeriksaan kesehatan berkaitan penyakit tidak menular ke beberapa instansi pemerintahan. “Kita sudah berkoordinasi dengan BPBD juga. Petugas yang memadamkan api kita dukung dengan vitamin, obat-obatan, dan oksigen,” sebut Riza.
Dinkes Kalteng juga terus bersiaga mengirimkan tenaga kesehatan mereka, apabila sewaktu-waktu ada kepala daerah yang menyatakan wilayahnya berstatus tanggap darurat dan memerlukan bantuan.
Menurutnya, pada wilayah yang kekurangan sumber air bersih akan ada kemungkinan masyarakat yang terpaksa menggunakan sumber air yang tidak layak misalnya kotor atau tidak terfilter dengan baik. Akibatnya, bisa saja orang yang mengonsumsi air yang tidak layak tersebut terserang penyakit seperti misalnya diare atau penyakit akibat bakteri lainnya.
Ia berharap masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan dari berbagai penyakit selama kemarau panjang dan kabut asap. “Kurangi keluar rumah apabila tidak perlu. Apabila mendesak, keluar rumah sebaiknya gunakan masker,” saran Riza.
Dia mengakui kebanyakan masker yang dijual bebas atau digunakan masyarakat tidak serta membuatnya terbebas dari partikel debu atau asap yang bersifat alergen. Masker yang memenuhi standar medik ataupun masker oksigen umumnya jauh lebih mahal daripada masker biasa. “Namun setidaknya dapat mengurangi risiko,” kata Riza.
Selain itu, masyarakat juga sebaiknya menambah volume cairan dari minuman ataupun makanan selama musim kemarau ekstrem, agar menghindari dehidrasi. Misal bila umumnya masyarakat meminum delapan gelas air per hari, dapat ditambah setidaknya dua gelas lagi. Selain itu, Riza menganjurkan memakan buah yang banyak mengandung cairan.
“Apabila memungkinkan, dapat ditambah dengan mengonsumsi vitamin,” pungkasnya. rba/dre