PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah pada Oktober 2023, Kota Palangka Raya menempati posisi inflasi tertinggi sebesar 0,63 persen dibandingkan 12 kota acuan inflasi se-Kalimantan.
Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, dan salah satu indikator inflasi adalah jalur distribusi barang dan bahan pokok.
Pakar ekonomi Kalteng Fitria Husnatarina menjelaskan, Palangka Raya menjadi indikator kota yang dipakai untuk memperhitungkan letak terkait inflasi, karena Palangka Raya memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya rentan dengan inflasi.
“Palangka Raya adalah kota pemasok yang memasok bahan-bahan kebutuhan dasar dari luar, dan tidak memiliki sentra industri yang berkaitan dengan produksi yang besar,” kata Fitria, Kamis(2/11).
Selain jalur distribusi, beberapa faktor lain yang menyebabkan inflasi antara lain mekanisme pasar, permintaan dan penawaran barang, serta kenaikan harga bahan baku.
“Hal tersebut mengakibatkan barang yang dipasarkan di Palangka Raya mengalami kenaikan harga, karena terjadi fluktuasi harga dan tidak terjadinya kesetimbangan antara permintaan dan penawaran,” ujarnya.
Menurut Fitria, untuk mengatasi inflasi, perlu diupayakan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah dapat mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter dan fiskal serta meningkatkan ketersediaan bahan pokok dan barang penting lainnya.
Sementara itu, masyarakat dapat berperan dalam mengendalikan inflasi dengan mengatur konsumsi agar tidak berlebihan, dan bersikap cerdas dalam berbelanja.
“Inflasi menjadi masalah yang semakin kompleks. Namun, jika kita dapat memerhatikan faktor-faktor yang memengaruhi inflasi, khususnya dalam hal jalur distribusi barang dan bahan pokok yang rentan terganggu, kita dapat mengurangi dampak inflasi dan mendorong perekonomian yang lebih stabil dan sehat di masa depan,” pungkasnya. jef





