PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan digelar 14 Februari 2024, khususnya untuk memperebutkan 30 kursi di DPRD Kota Palangka Raya dipastikan berlangsung sengit. Pertarungan terjadi antara calon legislatif (caleg) petahana atau incumbent dan pendatang baru di seluruh Daerah Pemilihan (Dapil).
Terlebih, saat ini ada 29 Anggota DPRD Kota Palangka Raya yang masih aktif menjabat maju kembali pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 14 Februari mendatang.
Pengamat politik Kalimantan Tengah (Kalteng) yang juga Direktur Eksekutif Barometer Kebijakan Publik & Politik Daerah (BAJAKAH) Farid Zaky Yopiannor mengungkapkan, sebaran pemilih di Kota Palangka Raya didominasi milenial dan generasi Z.
Sebab itu, keberadaan caleg muda menjadi konsekuensi logis bagi partai politik untuk mengatur kaum muda sehingga turut berpartisipasi dalam kontestasi politik.
Farid mengatakan, peluang caleg pendatang baru pada Pileg mendatang untuk menang memang ada, walaupun rata-rata masyarakat sudah mengenal dengan baik caleg incumbent yang ada.
“Kota Palangka Raya memiliki geografis yang tidak luas, sehingga setiap titik sudah dikuasai incumbent yang sudah telanjur membangun dukungan dari akar rumput/basis massanya,” kata Dosen UMP, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik itu saat dibincangi Tabengan, Selasa (30/1).
Meski demikian, peluang bagi caleg pendatang baru akan lebih besar tercipta jika memiliki basis logistik yang sangat kuat dan juga pendekatan kampanye yang tepat sasaran.
“Terlebih lagi, strategi pemasaran menggunakan pendekatan kaum muda yang ala kekinian dan terintegrasi dengan teknologi informasi,” terangnya.
Ia memprediksi peluang pendatang baru untuk menang tidak lebih dari 50 persen. Hal itu dipengaruhi investasi elektoral caleg incumbent yang sudah mapan dan memiliki modal sosial yang kuat di masyarakat.
“Tidak mudah bagi pendatang baru menang pada Pemilu mendatang, meskipun mereka memiliki banyak potensi. Karena caleg incumbent yang kuat di Palangka Raya akan sangat sulit dikalahkan, karena basis massanya sudah dipelihara,” jelasnya.
Sementara, Pengamat Kebijakan Publik Universitas Palangka Raya (UPR) Suprayitno mengatakan, saat ini baik incumbent maupun caleg pendatang baru sejatinya memiliki potensi yang sama untuk merebut hati pemilihnya.
“Perjalanan di TPS sulit ditebak, namun yang terpenting pagi para calon adalah bagaimana mereka mampu meyakinkan konstituennya tidak berpindah haluan ketika pencoblosan,” kata Suprayitno.
Dikatakan, adanya bonus demografi yang terjadi, khususnya di Palangka Raya menjadi peluang caleg muda untuk dapat merebut simpati generasi saat ini.
“Saya rasa caleg muda punya peluang itu, karena itu saya sarankan kampanyenya dilakukan jangan sifatnya konvensional karena anak-anak muda saat ini hobi memanfaatkan kemajuan IT,” ujarnya.
Tergantung sejauh mana para caleg, khususnya yang pernah duduk berdampak pada masyarakat atau tidak. Sebenarnya caleg petahana selangkah lebih maju dibanding caleg baru karena kepemimpinan mereka sudah teruji ketika menjabat.
“Namun, bisa saja yang sudah pernah jadi anggota bisa tersingkir kalau ternyata ketika jadi anggota legislatif kemarin tidak banyak memberikan perubahan bagi masyarakat,” ujarnya.
Terpisah, pakar politik Kalteng Ricky Zulfauzan menuturkan, jika melihat kecenderungan, petahana legislatif Kota Palangka Raya hanya 30-49 persen yang dapat menjabat kembali.
“Karena banyak dari mereka yang tidak maksimal menjaga Dapilnya masing-masing. Sehingga memberikan kesempatan bagi caleg baru untuk menggantikan,” kata Ricky.
Menurutnya, potensi anak muda sangat besar. Karena saat ini anak muda yang memiliki hak pilih mencapai 39 persen di Kalteng. Apalagi Gen Z memiliki fobia baru yang disebut FOMO (Fear of Missing Out).
“Ketika caleg muda mampu membuat tren baru, maka itu akan jadi alarm bahaya bagi caleg yang sudah berumur. Memang sangat dibutuhkan kreativitas yang tinggi untuk bisa menghasilkan tren baru tersebut,” ungkapnya.
Ricky menambahkan, jika caleg muda mampu menggunakan kreativitasnya dengan maksimal, maka fobia FOMO akan menjadi peluang meraih suara pemilih gen Z.
“Dengan sendirinya caleg yang telah berumur akan kalah apabila masih menggunakan pendekatan lama seperti serangan fajar,” imbuhnya.
Sementara itu, caleg muda Rahmad Rully Fauzi dari Partai Gelora yang merupakan partai pendatang baru optimis bisa merebut kursi di DPRD Kota Palangka Raya.
“Ini merupakan kesempatan bagi anak muda dan juga menjadi awal dari menuju Indonesia emas 2045 kelak. Melalui kontestasi perebutan kursi parlemen ini saya berharap dengan gagasan yang saya usung semoga bisa menjadi perwakilan anak muda yang dikenal dengan gen Z untuk saat ini,” ucapnya.
Selain itu, Rully menyatakan optimisme bisa terpilih dan mampu bersaing dengan caleg incumbent yang ada di Dapil III.
“Meskipun dikatakan Dapil III merupakan Dapil Neraka, karena para pemilih sekarang sudah bisa menilai apakah incumbent ada membuat perubahan atau tidak selama menjabat 5 tahun ini, maka dari itu saya hadir membawa narasi ‘Arah Baru’ bagi Kota Palangka Raya ini,” pungkasnya. jef





