PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Puluhan murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Bukit Tunggal, Kota Palangka Raya, dilaporkan mengalami gejala keracunan makanan usai mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disalurkan pada Rabu (4/9) lalu.
SDN 3 Bukit Tunggal sudah menerima program MBG sejak 20 Agustus 2025. Namun, pada 4 September kemarin, ada kejadian di mana anak-anak mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi menu dari MBG.
Sekolah tersebut memiliki 405 siswa penerima program MBG, yang merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan gizi anak sekolah. Namun, pada kejadian kali ini hanya satu kelas yang terdampak.
Kepala Sekolah SDN 3 Bukit Tunggal, Sujianto, membenarkan insiden tersebut. Ia menjelaskan bahwa gejala keracunan dialami oleh murid yang duduk di kelas IV A.
“Tercatat ada 26 murid yang menunjukkan gejala saat itu, dan keesokan harinya ada satu murid lagi yang mengalami pusing, mual, dan muntah, sehingga dibawa ke Rumah Sakit Pambelum oleh orang tuanya untuk mendapat penanganan medis,” ujarnya saat ditemui wartawan, Selasa (30/9) pagi.
Menurutnya, pihak sekolah langsung mengambil tindakan cepat setelah mengetahui beberapa murid mengalami gejala seperti mual dan muntah.
“Sebagai pertolongan pertama, saya berikan susu beruang sebelum pihak dari SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) datang,” tambahnya.
Sujianto mengungkapkan, menu MBG yang disajikan pada hari itu berupa burger yang terdiri dari roti, daun selada, daging sapi (beef), saus, dan buah semangka.
Ia berharap kejadian tersebut tidak mencoreng tujuan mulia program MBG yang diharapkan mampu menunjang gizi anak-anak di sekolah.
“Kami berharap pengawasan terhadap penyedia makanan lebih ditingkatkan. Jangan sampai ada makanan yang basi atau tidak layak konsumsi. Ke depan, kami ingin program ini berjalan baik sesuai harapan,” tutupnya.
Menu tersebut disediakan oleh Dapur SPPG Bukit Tunggal yang terletak di Jalan Bukit Indah, Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya.
Kepala SPPG Bukit Tunggal 2, Siti Nur Hazizah, juga membenarkan adanya insiden tersebut. Ia mengungkapkan bahwa gangguan kesehatan tersebut bukan murni keracunan, melainkan reaksi terhadap bahan makanan yang diduga telah kedaluwarsa, terutama pada saus yang digunakan dalam menu burger.
“Kami menggunakan dua jenis saus kemasan, yaitu Delmonte dan ABC. Salah satunya ternyata sudah kedaluwarsa sejak empat bulan lalu. Ini adalah murni kelalaian dan keteledoran dari kami,” ujar Siti saat di konfirmasi wartawan.
Setelah menerima laporan dari pihak sekolah, pihaknya segera melakukan tindak lanjut. Sedikitnya ada sekitar 25 murid sempat mengalami gejala ringan dan disarankan untuk diperiksa ke Puskesmas, namun pihak sekolah menyatakan tidak perlu karena telah diberi penanganan awal.
“Satu siswa juga sempat dilarikan ke Rumah Sakit Pambelum pada keesokan harinya. Total yang kami tahu itu hanya 26 murid saja yang mengalami gangguan kesehatan tersebut,” tegasnya.
Ia juga menyebutkan, saat barang-barang dari suplier itu datang termasuk saus, pihaknya tengah berada di luar dapur untuk berbelanja kentang goreng sebagai pengganti nasi. Distribusi saus dilakukan oleh pemasok dari warung di Jalan Temanggung Tilung.
“Ke depannya kami akan lebih ketat dalam pengecekan bahan baku. Kasus ini menjadi pelajaran besar bagi kami agar lebih teliti,” tambahnya.
Menurutnya, Dapur SPPG Bukit Tunggal diketahui baru beroperasi sejak 19 Agustus 2025 dan bertugas menyuplai makanan ke 4 SD, 4 SMP, dan 2 SMA di Palangka Raya.
Dalam sehari, dapur ini mampu memproduksi hingga 1.941 porsi makanan, dengan total 29 pekerja yang terlibat. Namun hingga kini, dapur SPPG Bukit Tunggal belum mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SHLS) dan masih dalam proses pengajuan.
Pihak sekolah dan orang tua murid meminta agar menu berbasis roti seperti burger tidak lagi disajikan.
“Dari Kepsek dan orang tua murid juga meminta kami agar ke depannya tidak membuat menu seperti roti-rotian tersebut,” pungkasnya. dte