PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Kalimantan Tengah memasuki masa kampanye sejak 25 September, berakhir 23 November 2024 mendatang.
Keempat pasangan calon (paslon) saat ini sedang bergerilya berkampanye di sejumlah daerah, terjun langsung menemui masyarakat, merebut sebanyak-banyaknya simpati untuk meraih suara.
Namun, dari keempat paslon yang maju di Pilgub, dinilai kurang memperhatikan ceruk suara dari pemilih milenial dan gen Z.
Pengamat Politik Kalteng sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Palangka Raya (UPR) Ricky Zulfauzan menyoroti visi-misi dari para paslon yang dinilai kurang mengakomodir kepentingan dari pemilih muda.
Padahal, berdasarkan rilis Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalteng, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT), pemilih berdasarkan usia atau generasi, menempatkan pemilih generasi Y atau milenial yang lahir tahun 1981-1996 sebanyak 714.531 pemilih (36,45 persen) dan pemilih generasi Z (Gen Z) yang lahir tahun 1997-2012 sebanyak 474.322 pemilih (24,2 persen).
Artinya, hampir 1,2 juta pemilih, dari 1,9 juta jumlah DPT Kalteng, didominasi pemilih muda dan pemilih usia matang, milenial dan Gen Z.
Ia melihat, keempat paslon kurang mengakomodir kepentingan mereka dalam visi-misi. Tidak ada yang secara spesifik menyampaikan dalam visi-misi untuk mengakomodir kepentingan pemilih muda.
“Itulah yang sebenarnya kita sayangkan, melihat betapa besarnya potensi pemilih milenial dan gen Z tidak diakomodir dengan selayaknya oleh tim pemenangan,” kata Ricky, kepada Tabengan, Senin (30/9).
Padahal, gen Z maupun milenial cenderung menentukan pilihannya dengan kritis dan rasional serta berbagai pertimbangan yang matang.
“Mereka akan mengecek rekam jejaknya, membaca visi-misi, serta jika ada kesempatan akan berdialog untuk menguji gagasan calon pemimpinnya,” imbuhnya.
Apapun itu, jelas Ricky, nasi sudah menjadi bubur. Dokumen visi-misi tidak dapat diubah lagi dan ini salah satu hal yang perlu diperbaiki.
“Saat ini yang dapat diperbaiki menurut saya adalah memperbaiki model atau cara-cara berkampanye yang lebih mengakomodasi kepentingan pemilih milenial dan gen Z,” pungkasnya. rmp