Karhutla Masih Terjadi di Palangka Raya Meski Curah Hujan Tinggi

Karhutla Masih Terjadi di Palangka Raya Meski Curah Hujan Tinggi
KARHUTLA- Petugas Damkar berjibaku memadamkan api yang membakar lahan di Kota Palangka Raya.FOTO ISTIMEWA

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Meski Kota Palangka Raya tengah berada pada musim penghujan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih saja terjadi di sejumlah wilayah. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, sepanjang tahun ini telah tercatat 151 kejadian karhutla dengan total luas lahan terbakar mencapai 47,35 hektare.

Plt Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kota Palangka Raya Hendrikus Satriya Budi mengungkapkan, penyebab utama karhutla bukanlah faktor alam, melainkan ulah manusia yang sengaja membakar lahan untuk membuka atau membersihkan area tertentu.

“Walaupun saat ini curah hujan cukup tinggi di Palangka Raya, karhutla tetap terjadi. Penyebabnya karena ada warga atau oknum yang sengaja membakar lahan. Saat hujan turun, api memang padam, tetapi ketika muncul terik matahari, lahan itu bisa kembali terbakar,” jelas Hendrikus saat ditemui, Selasa (8/10).

Dijelaskan Hendrikus, dari seluruh kejadian yang terjadi, wilayah Kecamatan Jekan Raya mencatat jumlah karhutla terbanyak, dengan skala kebakaran paling besar berada di Kelurahan Petuk Katimpun.

“Lokasi yang paling banyak kejadian karhutla memang di Kecamatan Jekan Raya. Kalau untuk skala kebakaran yang paling besar itu ada di Kelurahan Petuk Katimpun,” tambahnya.

Menurut Hendrikus, meski angka kejadian karhutla masih cukup tinggi, kondisi tahun ini relatif lebih terkendali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak mengalami kemarau panjang.

“Tahun ini penanganan karhutla bisa dikatakan stabil. Itu karena kemarau yang kita alami termasuk kategori kemarau basah, sehingga di beberapa waktu masih sering turun hujan,” ujarnya.

BPBD Kota Palangka Raya terus mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan, mengingat dampak karhutla tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga dapat menimbulkan kabut asap yang mengganggu kesehatan dan aktivitas masyarakat.

“Kami tetap menyiagakan personel dan relawan di titik-titik rawan karhutla untuk memastikan penanganan cepat apabila terjadi kebakaran,” pungkasnya. dte