Produksi Beras Kalteng 250 Ribu Ton/Tahun

Produksi Beras Kalteng 250 Ribu Ton/Tahun
PANEN PADI-Gubernur Kalteng H Agustiar Sabran bersama Wagub Kalteng H Edy Pratowo dan Bupati Kapuas HM Wiyatno saat panen padi di Desa Terusan Makmur, Kecamatan Bataguh, Kabupaten Kapuas.FOTO ISTIMEWA

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Kalimantan Tengah (Kalteng) terus memperkuat ketahanan pangannya. Berdasarkan data perkiraan yang dihimpun Perum Bulog Kantor Wilayah (Kanwil) Kalteng, total produksi beras di Bumi Tambun Bungai mencapai 250 ribu ton per tahun.

Selain beras, jagung kini menjadi komoditas utama kedua yang mendapat perhatian serius dari pemerintah untuk menjamin ketersediaan pangan daerah.

Kepala Bulog Kanwil Kalteng Budi Sultika menjelaskan, capaian produksi tersebut dihitung berdasarkan luas lahan sawah di Kalteng yang mencapai sekitar 158 ribu hektare, dengan produktivitas rata-rata 5 ton gabah kering panen per hektare dalam satu kali musim tanam.

“Kalau dihitung, kurang lebih produksi beras di Kalteng mencapai 250 ribu ton per tahun. Namun, untuk data kronologis dan validasinya tetap perlu dikonfirmasi ke BPS dan Dinas Pertanian,” ujar Budi Sultika usai menghadiri Gerakan Pangan Murah (GPM) Serentak Nasional yang digelar di Halaman Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalteng, Kamis (16/10).

Ia menuturkan, sejauh ini dua komoditas utama yang menjadi fokus pemerintah daerah adalah beras dan jagung. Kedua komoditas tersebut dipilih karena memiliki pengaruh besar terhadap stabilitas harga pangan dan inflasi di Kalteng.

“Kita saat ini sedang fokus bagaimana memastikan ketersediaan dua komoditas ini, beras dan jagung, agar stoknya aman dan harga di pasaran tetap stabil,” kata Budi.

Menurutnya, tingkat inflasi di Kalteng saat ini berada pada posisi 2,8 persen, masih dalam kisaran “zona hijau” atau kategori aman, karena sesuai dengan batas toleransi nasional yang ditetapkan sebesar 2,5 persen plus minus.

“Posisi inflasi kita masih di 2,8 persen, jadi masih aman. Ini juga menjadi indikator bahwa pasokan beras dan jagung relatif stabil,” imbuhnya.

Budi menyebutkan, beberapa wilayah yang menjadi sentra utama produksi pangan di Kalteng meliputi Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, Seruyan, dan Kotawaringin Timur untuk produksi beras. Sementara itu, produksi jagung banyak dikembangkan di wilayah Barito Selatan dan sekitarnya.

Namun, ia mengakui bahwa Kalteng masih menghadapi tantangan besar di sisi infrastruktur pascapanen, seperti minimnya fasilitas dryer (pengering gabah) dan Rice Milling Unit (RMU). Kondisi ini menyebabkan banyak hasil panen dari Kalteng justru dikirim ke luar daerah untuk diolah sebelum kembali dijual ke pasar lokal.

“Coba lihat di pasar, belum ada beras bermerek yang benar-benar produksi asli Kalteng. Sebagian besar beras yang dijual di pasaran masih dari luar daerah karena kita belum memiliki industri pengolahan yang kuat,” jelasnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Bulog bersama pemerintah daerah terus mendorong pengembangan industri pengolahan pangan lokal agar Kalteng tidak hanya menjadi penghasil bahan mentah, tetapi juga memiliki nilai tambah melalui hilirisasi.

“Kita ingin ke depan ada produk beras lokal seperti Beras Isen Mulang atau Beras Kehayan yang bisa jadi kebanggaan masyarakat Kalteng sendiri. Kalau bahan bakunya sudah ada, tinggal kita dorong pengolahannya,” ujarnya.

Selain menjaga stok dan distribusi pangan, Bulog Kanwil Kalteng juga tengah mengkaji pembangunan fasilitas pengolahan dan penambahan kapasitas mesin produksi untuk memperkuat rantai pasok dari hulu ke hilir.

“Sekarang kita masih bicara di hulu, seperti cetak sawah dan peningkatan produktivitas. Tapi ke depan, hilirisasi harus menjadi fokus. Karena tanpa pengolahan dan kemasan yang baik, produk kita akan terus kalah bersaing dengan luar daerah,” tegas Budi.

Ia menegaskan, upaya memperkuat kemandirian pangan di Kalteng membutuhkan sinergi antara pemerintah, BUMN, dan pihak swasta agar pembangunan sektor pangan bisa berjalan berkesinambungan.

“Pemerintah bisa membangun pabrik, begitu pula swasta. Kita harap semuanya bisa berperan, sehingga Kalteng tidak hanya surplus bahan baku tapi juga mandiri dalam pengolahan,” tutupnya. ldw