Ekobis  

Harga Cabai Anjlok, Emak-emak Rebutan Borong Cabai

Harga Cabai Anjlok, Emak-emak Rebutan Borong Cabai
ilustrasi/foto istimewa

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Warga Palangka Raya, khususnya para ibu rumah tangga dan pedagang makanan, kini sedang menikmati “musim duren” cabai. Komoditas cabai, terutama cabai rawit, di Pasar Besar Palangka Raya mengalami penurunan harga yang sangat drastis dan tak biasa dalam dua minggu terakhir.

Penurunan harga ini terjadi di luar kebiasaan, mengingat cabai rawit seringkali melambung tinggi hingga menembus harga puluhan ribu rupiah per kilogramnya.

​Meskipun pedagang mengaku tertekan dengan harga jual yang kini berada di bawah rata-rata normal, para pembeli menyambutnya dengan sorak gembira dan aksi borong massal.

​Berdasarkan data pantauan harga Dinas Perdagangan, Koperasi, UKM dan Perindustrian (DPUKMP) Kota Palangka Raya per 4 November 2025, harga cabai kini berada di level yang sangat rendah:
​Cabe Merah Keriting: Rp30.000 per Kg, ​Cabe Rawit Biasa: Rp30.000 per Kg, ​Cabe Rawit Merah: Rp30.000 per Kg, ​Cabe Rawit Hijau: Rp25.000 per Kg.
​Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan harga normal cabai rawit yang sering kali berada di kisaran Rp40.000 hingga Rp60.000, bahkan pernah melonjak hingga di atas Rp100.000 per kilogram.

Fenomena harga anjlok ini langsung dimanfaatkan oleh para pembeli untuk menyetok kebutuhan mereka, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun usaha kuliner. Antrean di lapak pedagang cabai pun tampak ramai.

​Ibu Siti (55), seorang ibu rumah tangga yang ditemui sedang menenteng dua kantong besar cabai, tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

“Wah, ini rezeki nomplok! Cabai rawit cuma Rp30.000, biasanya kan saya beli setengah kilo saja sudah mau Rp50.000. Hari ini saya beli sekilo lebih biar bisa buat sambal terasi banyak-banyak. Sisanya saya masukkan kulkas,” ujar Ibu Siti sambil tertawa riang.

​Di sisi lain, penurunan harga yang sangat tajam ini justru membawa kekhawatiran bagi pedagang kecil. Namun, bagi Bu Rahma (40), pemilik warung makan di sekitaran pasar, ini adalah kesempatan untuk menekan biaya operasional.

“Kalau cabai murah begini, modal saya untuk sambal bisa berkurang banyak. Biasanya tiap hari harus beli, sekarang saya bisa borong 5 kilo sekaligus untuk stok seminggu. Jual bakso atau ayam geprek jadi lebih untung, tapi semoga harga tidak anjlok terlalu lama kasihan petani,” ungkap Bu Rahma dengan nada hati-hati.

​Sementara itu, Ibu Ani (35), seorang ibu muda yang hanya membeli seperempat kilogram, memilih bersikap lebih santai.

“Senang sih murah, tapi saya beli secukupnya saja, takut cepat busuk kalau disimpan kelamaan. Biar fresh terus. Lagipula kalau terlalu murah kasihan juga petaninya, semoga cepat kembali normal di kisaran harga yang wajar,” komentarnya, menunjukkan kepeduliannya pada rantai pasok.

​Meskipun disambut dengan kegembiraan oleh konsumen, Dinas terkait diharapkan dapat segera mencari solusi untuk menstabilkan harga di tingkat yang lebih menguntungkan bagi petani tanpa membebani daya beli masyarakat. rmp