Tantangan Sarjana Milenial

tabengan.co.id – Menempuh pendidikan kuliah 3-4 tahun, lalu langsung dapat pekerjaan merupakan tujuan dari semua orang. Lulus dan mendapatkan gelar sarjana atau diploma menjadi modal untuk mencari kerja, tentunya anggapan itu tidaklah salah, kita kuliah memang mencari ilmu guna bekal di dunia kerja.

Namun anggapan itu juga tidak seratus persen benar, buktinya sekarang angka pengangguran meningkat drastis pada lulusan sarjana Generasi Millenial. Apa sebabnya?

Kita ambil contoh saja data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 lalu. Ada sebanyak 422.000 Generasi Millenial lulusan sarjana Indonesia yang dinyatakan menganggur, belum lagi di tambah beberapa tahun berikutnya. Dari jumlah ini, ada sebanyak 5,5 persen dari total pengangguran di Indonesia adalah dari kalangan lulusan sarjana.

Dengan angka presentasi yang cukup besar ini, berarti selama ini ada masalah sehingga pengangguran dari kalangan sarjana semakin banyak. Berikut alasan kenapa sarjana banyak yang menganggur:

1. Kuliah Kemudian Kerja
Jadi, mulailah berfikir setelah lulus kita bisa apa, apa yang akan kita lakukan. Akanlah lebih bagus setelah lulus jika kita bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri, tapi mungkin itu hampir mustahil.

Tapi sesungguhnya kamu bisa memulainya ketika masih kuliah. Kamu bisa memulai dengan berbisnis kecil-kecil dengan hobi yang kamu miliki.

2. Minimnya skill
Skill terbagi atas dua macam, Soft Skill dan Hard Skill. Soft Skill itu seperti attitude dan kemampuan berorganisasi. Sedangkan Hard Skill itu seperti bisa membuat program komputer, bisa menjahit, bisa melukis dan lainnya.

Ini sering terjadi di kalangan mahasiswa yang memiliki nilai dan IPK bagus tetapi ternyata memiliki skill yang minim, justru yang tidak memperdulikan nilai justru memiliki kemampuan yang lebih, walupun tidak semunya begitu. Berhentilah berfikiran nilai merupakan segalanya, jika masih berfikiran seperti itu maka kamu akan merasakannya ketika akan menacari pekerjaan.

3. Pertumbuhan Ekonomi yang Rendah
Sebenarnya semua permasalah tidak serta merta salah dari si sarjana tersebut, tetapi juga karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih rendah.

Pada dasarnya perusahaan yang ada di Indonesia tidak mau melakukan ekspansi atau perluasan produksi/anak perusahaan karena pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah, yang menyebabkan minimnya permintaan tenaga kerja sehingga lulusan sarjana tidak mendapatkan peluang untuk bekerja.

4. Terlalu Banyak Lulusan dalam Bidang Tertentu
Faktor ini juga turun andil dalam penambahan pengangguran. Semakin banyaknya orang kuliah di jurusan yang sama berarti akan semakin banyak pula lulusan di bidang yang sama dan berarti semakin sedikit pula lowongan kerjanya.

Misalkan, Jurusan sosial humaniora (ekonomi, manajemen, hukum, sospol, sastra). Fakultas Hukum dan Ekonomi ini, ada di hampir semua kampus di Indonesia. Padahal nyatanya kemungkinan kebutuhan lulusan di dua fakultas ini tidak sebanyak pasokan jumlah sarjana yang lulus. Alhasil banyak yang jadi pengangguran.

Namun di sisi lain, ternyata di negara kita kekurangan lulusan sarjana terbaik teknik (engineering). Kita kekurangan sekitar 120 ribu insinyur padahal ada ribuan KM jalan raya dan ribuan megawatt listrik yang akan dibangun. Masak yang harus bangun jalan tol dan listrik, lulusan Sarjana Sastra Jawa.

Mungkin setelah membaca ini, kamu harus lebih jeli lagi ketika akan mengambil jurusan kuliah.

5. Terlalu Pilih-pilih Pekerjaan
Pilih-pilih dalam bekerja sih boleh-boleh saja, tapi jangan sampai keterlaluan. Dengan kamu terlalu pilih-pilih pada akhirnya kamu akan merasa tidak cocok pada pekerjaan tersebut yang membuat kamu malah menganggur.

Dengan kata lain, kamu harus mau menerima pekerjaan dari bawah, maksudnya misalkan kamu bertitel S1, kamu harus mau bekerja jadi bawahan terlebih dahulu, jangan berfikiran langsung jadi manager.l-com