Dipanggil Mediasi, Pani dan Saudi Justru Dikeroyok Massa Hok Kim 

TABENGAN/FERRY WAHYUDI LUKA BACOK- Korban Pani ketika menunjukkan bekas luka bacokan parang saat kejadian.

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Tragedi berdarah yang terjadi di kebun sawit Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur pada Senin (11/9) lalu, masih menyisakan luka bagi Pani.

Pria berusia 41 tahun ini adalah satu-satunya korban selamat dalam pengeroyokan yang dilakukan oleh belasan massa Hok Kim saat kejadian. Sempat menjalani perawatan medis di rumah sakit, Pani kini sudah mulai berangsur pulih, walau harus masih menahan sakit.

Dalam peristiwa tersebut, Pani menderita luka bacokan senjata tajam jenis parang sebanyak enam mata luka. Tiga mata luka di tangan sebelah kanan, dua luka di tangan sebelah kiri dan satu mata luka di punggung belakang.

Pani menceritakan, saat kejadian ia bersama almarhum (Saudi) masuk ke dalam kebun sawit usai diundang oleh terduga pelaku Deni untuk melakukan mediasi.

Nahas setibanya di lokasi, keduanya justru sudah dikelilingi oleh belasan massa dengan parang yang sudah keluar dari sarungnya. Seketika, keduanya lalu diserang dari berbagai arah oleh massa menggunakan parang.

“Tidak ada namanya penyerangan oleh masyarakat. Saya diundang oleh Deni dengan maksud mediasi karena permasalahan panen,” katanya, Selasa (19/9).

Saat kejadian, lanjut Pani, korban Saudi yang diserang kemudian melakukan perlawanan untuk melindungi dirinya. Ia kala itu turut diserang, lehernya dikalungkan parang dan tangan terluka ketika diserang. Sambil berteriak mengucapkan ‘Allahu Akbar’ ia pun berusaha melawan untuk membela diri, karena kalau tidak nyawanya juga akan melayang.

Kendati demikian, Pani berujar tak bisa seketika mencabut parang dari sarung karena menggunakan mekanisme kunci. Setelah selesai mencabut parang, ia kemudian kembali mendatangi massa dan menemukan Saudi sudah terduduk bersimbah darah.

“Saya berdua dengan almarhum posisi parang masih di dalam sarung. Tidak ada melakukan penyerangan, malah mereka parangnya sudah keluar dari sarung,” tuturnya.

Tak lama kemudian, masyarakat datang untuk menolong dan massa seketika kabur melarikan diri.

“Korban masih hidup saat itu, namun saya sangat sedih korban sempat berucap sudah tidak tahan lagi dan akhirnya meninggal di Puskesmas Pundu,” sebutnya.

Ia pun membantah dengan tegas kabar yang beredar jika masyarakat melakukan penyerangan terhadap massa yang ada di dalam kebun sawit.

“Saya sangat miris mendengar kabar jika kami melakukan penyerangan terlebih dulu. Padahal kami datang baik-baik karena diundang untuk mediasi saat kejadian,” pungkasnya. fwa