BUDAYA  

TIWAH NANDJAN HACI DAN TAHAN SAWUNG-Menghargai Orang Tua dan Keluarga Menuju Lewu Tatau

TIWAH NANDJAN HACI DAN TAHAN SAWUNG-Menghargai Orang Tua dan Keluarga Menuju Lewu Tatau
DAYAK – Sangkaraya yang akan digunakan dalam ritual Adat Tiwah di Jl. Yos Sudarso, Palangka Raya, Rabu (22/11) TABENGAN/YULIANUS

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Tiwah bagi masyarakat Dayak merupakan sebuah konsep religi atau upacara adat di Hindu Kaharingan, memaknai kematian kepada Salumpuk Liau (Roh) meluruskannya menuju Lewu Tatau (surga/tempat penuh kedamaian bagi roh). Upacara adat terbesar di Provinsi Kalimantan Tengah itu, dinilai lumrah  dan kerap dilaksanakan, baik dalam lingkup massal maupun pribadi.

Kali ini, salah satu keluarga besar di Kalteng yang berasal dari wilayah Katingan, menggelar Tiwah pribadi di Jalan Yos Sudarso Ujung. Memasuki lokasi Tiwah, tampak gerbang depan disambut dengan Singer Liau (gerbang dengan rintangan tali yang disematkan daun sawang dan kain kuning di bagian atas). Mau masuk ke lokasi Tiwah sebaiknya urungkan niat untuk melewati rintangan atau tali tersebut, karena sudah ada singer atau denda bagi mereka yang melewatinya.

Karena adanya singer liau di gerbang, maka jalan alternatif lain (lewat samping kiri lokasi) yang sudah disediakan bagi tamu, keluarga dan pihak lainnya. Maka mencegah itu terjadi, ada pihak keluarga yang standby berjaga di pondok yang dibangun di bagian belakang lokasi Tiwah.

Tampak Sangkaraya dan beberapa bangunan yang sudah dibangun di lokasi tersebut. Iringan Karungut Tiwah Tumbang Kaburai yang dilantunkan Milton, cukup syahdu terdengar di suasana mendung gerimis siang tersebut.

Ketika ditemui Tabengan, Rabu (22/11), salah seorang sanak keluarga, Ride Nandjan Haci menuturkan, Tiwah yang dilaksanakan bagi mendiang orang tua mereka, yaitu Nandjan Haci dan suami salah seorang sanak saudara, Tahan Sawung.

“Ikei meniwah bapa ikei. Jadi Tiwah barasih tuh, sebagai penghargaan ikei akan oloh bakas je jadi mahaga itah bara kurik. Jadi ikei melakukan tiwah, membalas kebaikan oloh bakas, agar lancar menuju lewu tatau (kami menggelar Tiwah bagi ayah kami. Jadi ini sebagai penghargaan bagi orang tua yang sudah mengasuh, membimbing kita dari kecil hingga dewasa, yang mana membalas kebaikan mereka melalui Tiwah, agar lancar perjalanannya menuju Lewu Tatau),” ujarnya dalam Bahasa Dayak Ngaju.

Memang, ujarnya, untuk Tiwah ini sendiri dilaksanakan beberapa tahap. Saat ini pihaknya sudah mendirikan Sangkaraya (salah satu item dari upacara adat Tiwah) di pusat lokasi Tiwah dan beberapa item lainnya, yang dilanjutkan pada tanggal 1 Desember mendatang ada upacara Tabuh. Bisa diprediksikan acara Tiwah ini hingga 1 sampai 2 bulan lamanya.

Dia bercerita, pelaksanaan Tiwah sendiri juga merupakan peteh (pesan) dari orang tua mereka agar ketika meninggal kelak bisa di-Tiwahkan. Seiring waktu, ujarnya, walaupun pelaksanaan Tiwah butuh biaya besar, namun bisa terlaksana juga dengan kesepakatan dan kerjasama dari seluruh jajaran keluarga.

Dalam tahapan itu juga, pihaknya bersama keluarga akan membawa Sangkaraya dan peralatan lainnya ke Tumbang Mahop Katingan, karena memang di sana ada Sandung leluhur hingga keluarga turun temurun lainnya. Dia juga menjelaskan melalui Tiwah ini, harapannya agar yang di-Tiwahkan, bisa lancar menuju Lewu Tatau dan tenang disana.

“Amun hamalem, ikei hetuh manasai dengan Nganjan, yu dumah ih kan hetuh,” ajak Ride.drn