Waduh! Kasus Serangan Jantung di Bumi Handep Hapakat Meningkat?

Waduh! Kasus Serangan Jantung di Bumi Handep Hapakat Meningkat?

dr. Rosavelina Sintaasih Budihardjo, MD

+Perlunya Kesadaran Bersama, Pentingnya Menjaga Kesehatan Jantung Sejak Dini, Sebelum Gejala Muncul.

PULANG PISAU/TABENGAN.CO.ID– Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) hingga kini masih belum memiliki dokter spesialis jantung. Keberadaan dokter spesialis jantung diharapkan kedepan dapat menjadi pelengkap keberadaan dokter-dokter spesialis di Rumah Sakit kebanggan masyarakat di Bumi Handep Hapakat.

Ada sebanyak 15 dokter spesialis yang saat ini berada di RSUD Pulpis yakni, dokter spesialis penyakit dalam 2 orang, dokter spesialis bedah 2 orang, dokter spesialis kebidanan dan kandungan 2 orang, spesialis anestesi 2 orang, spesialis syaraf 1 orang, spesialis kulit dan kelamin 1 orang, spesialis patalogi klinik 1 orang, spesialis radiologi 1 orang, spesialis anak 1 orang, spesialis konservasi Gigi 1 orang, dan spesialis THT 1 orang.

Kepada media ini, dr. Rosavelina Sintaasih Budihardjo, MD yang masih berstatus dokter umum di RSUD Pulpis mengatakan, berdasarkan data di RSUD Pulpis untuk permasalahan jantung menunjukkan lonjakan kasus yang cukup signifikan.

“ Untuk kasus serangan jantung di RSUD Pulpis cukup mengalami peningkatan, dari 82 kasus pada Tahun 2021, kini menjadi 151 kasus pada Tahun 2024. Ini adalah ancaman nyata yang tidak boleh kita abaikan,” ujar dokter muda di RSUD Pulpis, dan akan kembali menempuh pendidikan sebagai dokter spesialis jantung.

Rosa sapaan dokter muda ini tentunya suatu kebanggaan bagi Bumi Handep Hapakat, yang kedepannya akan dapat membantu mengisi kekurangan dokter spesialis jantung di RSUD Pulpis.

Dikatakan Rosa, di era modern ini, penyakit jantung tak lagi menunggu masa tua. Ia bisa datang tiba-tiba, bahkan saat usia masih berada di puncak produktivitas. “ Dulu, serangan jantung dianggap momok bagi mereka yang telah lanjut usia. Kini, pasien usia 20 – 40 tahun yang datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan serangan jantung bukan lagi hal langka. Bahkan beberapa tokoh muda yang dikenal aktif dan sehat pun tiba-tiba tumbang di tengah aktivitas. Ini bukan sekadar anomali—ini adalah alarm keras bagi generasi muda,” papar Rosa menjelaskan.

Serangan jantung, atau secara medis dikenal sebagai infark miokard, sambung Rosa, terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terhenti akibat sumbatan pada pembuluh darah koroner. Akibatnya, jaringan jantung tidak mendapatkan oksigen dan bisa mengalami kerusakan permanen, bahkan menyebabkan kematian mendadak. World Health Organization (WHO) mencatat bahwa serangan jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu secara global.

Ada berbagai faktor risiko yang dapat menjadi penyebab serangan jantung, tambah Rosa, baik yang dapat dimodifikasi maupun tidak. “ Mari kita fokus pada faktor risiko yang dapat dimodifikasi, dimana beberapa faktor tersebut, antara lain, Hipertensi, Diabetes Mellitus, Merokok, Dislipidemia (Kolesterol yang Tinggi), Obesitas (Berat Badan berlebih) dan kurangnya aktivitas fisik,” bebernya menjelaskan.

Sayangnya, jelas Rosa, banyak anak muda merasa sehat-sehat saja dan mengabaikan pemeriksaan rutin. Padahal, serangan jantung diam-diam (silent heart attack) dapat terjadi tanpa gejala khas seperti nyeri dada. Gejalanya bisa samar seperti lelah berlebihan, sesak ringan, atau nyeri ulu hati dan kerap diabaikan hingga terjadi kerusakan jantung permanen.

Masalah ini, lanjut Rosa, tidak bisa diselesaikan hanya oleh tenaga medis. Diperlukan kolaborasi pemerintah, penggerak masyarakat, media, dan masyarakat untuk membentuk generasi muda yang sadar akan pentingnya kesehatan jantung. Edukasi harus dimulai sejak dini, bahkan sebelum gejala muncul.

“ Penyakit jantung bukan lagi urusan orang tua. Ia adalah masalah nyata yang sedang mengintai generasi muda Indonesia. Jika kita terus menunda perubahan gaya hidup hari ini, kita memberi ruang bagi penyakit untuk tumbuh dalam diam,” pungkasnya. c-mye