RAKOR-MUI Kotim Gelar Identifikasi dan Deteksi Dini Aliran Paham Keagamaan Islam. FOTO MAYA
SAMPIT/TABENGAN.CO.ID
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menggelar rapat koordinasi MUI Kecamatan dalam rangka identifikasi dan deteksi dini aliran paham keagamaan Islam di Aula Kantor Kemenag Kotim Jalan Kapten Mulyono Sampit Rabu (19/11/2025).
Kegiatan tersebut digelar bertujuan untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyimpangan ajaran Islam di masyarakat.
Bupati Kotim Halikinnor dalam sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Bupati Kotim, Rafiq Riswandi saat membuka kegiatan tersebut menekankan pentingnya menjaga keharmonisan dan kerukunan di Kotim sebagai daerah yang majemuk.
“Melalui rapat koordinasi ini, kita berharap agar seluruh peserta dari berbagai organisasi Islam dapat memahami, mengidentifikasi, dan melakukan deteksi dini terhadap aliran atau paham yang menyimpang dari ajaran Islam,” ujarnya.
Dirinya menambahkan jika tugas ini merupakan tanggung jawab bersama yang mulia dan membutuhkan kebijakan, kehati-hatian, serta kebersamaan. Ia juga mengingatkan agar tidak memberikan ruang bagi paham yang dapat merusak nilai keislaman dan ketentraman masyarakat.
“Kehadiran para tokoh agama dan organisasi Islam sangatlah penting untuk menjadi garda terdepan dalam pembinaan umat,” tegasnya.
Rapat koordinasi tersrbjr yang diikuti oleh perwakilan dari berbagai organisasi Islam, termasuk MUI kecamatan, pengurus NU, Muhammadiyah, DMI, BKPRMI, Anshor, dan organisasi Islam lainnya tersebut juga diisi dengan kegiatan sosialisasi dimana narasumbernya dari perwakilan MUI Kabupaten Kotim dan Badan Intelijen Negara (BIN) Kotim.
Sementara itu Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kotim Nur Widiantoro melalui Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kementerian Agama Kotim, Rabiatul Adawiyah, menyampaikan kegiatan tersebut merupakan langkah strategis dalam menjaga stabilitas kehidupan umat beragama.
Ia menjelaskan bahwa deteksi dini bukan bertujuan untuk menghakimi, tetapi untuk memetakan secara objektif fenomena keagamaan yang muncul di masyarakat.
“Kemudian untuk mengidentifikasi potensi penyimpangan sejak awal sebelum berkembang menjadi masalah besar. Melakukan pendekatan dialogis, persuasif, dan edukatif untuk meluruskan pemahaman umat, ” tambahnya.
Lebih lanjut ia juga mengungkapkan rapat koordinasi tersebut upaya mencegah konflik sosial yang mungkin timbul akibat kesalahpahaman ajaran.
“Kami berharap sosialisasi ini dapat menghasilkan keputusan yang baik dan bermanfaat,” pungkasnya. (C-May)





