tabengan.co.id – Nama generasi milenial belakangan ini ibarat primadona di media sosial. Ada anak gawl dikit, dikatain, “Wah, anak milenial.” Ada anak rempong dikit, dikatain, “Dasar, anak milenial.” Tapi, yang ngga diketahui sama si tukang ngata-ngatain adalah betapa sesungguhnya dia juga termasuk anak dari generasi milenial.
Apakah kamu termasuk generasi milenial?
Dari 200 jutaan penduduk Indonesia, 81 juta di antaranya berasal dari generasi milenial. Dan, dari 81 juta orang ini, seluruhnya sangat mungkin berbagi masalah yang sama.
Beberapa tantangan disebutkan tengah menjadi isu utama bagi generasi milenial. Bahkan, jika melihat dari sudut pandang internasional, ada 10 tantangan utama bagi millennials di seluruh dunia dewasa ini.
Pertanyaan selanjutnya pun muncul: Apakah generasi milenial di Indonesia juga mengalami tantangan yang sama?
Secara umum, dilansir dari berbagai sumber, setidaknya ada 10 tantangan yang lebih dekat dialami oleh generasi milenial di Indonesia. Mari kita baca satu per satu, lalu melakukan refleksi diri.
Lapangan Pekerjaan Semakin Sempit
Per Agustus 2017, jumlah pengangguran di Indonesia meningkat hingga 7 juta orang. Jika dibandingkan dengan setahun sebelumnya, kenaikan ini adalah sebesar 10.000 orang.
Harga Sembako yang Menjulang
Kenaikan Sembilan Bahan Pokok, alias sembako, rasa-rasanya memang seperti kenaikan berat badan: entah kapan turunnya. Hingga Januari 2018, di beberapa daerah, kenaikan ini masih terasa. Bahan-bahan pokok yang mengalami kenaikan adalah beras (13.000 rupiah per kilogram), telur ayam (20.500 rupiah per kilogram), dan daging ayam (34.500 rupiah per kilogram).
Kemiskinan
Statistik kemiskinan di Indonesia memang menunjukkan penurunan. Namun, penurunan ini dikhawatirkan kelak terjadi lebih lambat di masa yang akan datang. Maka, tidak heran kalau generasi milenial jadi harap-harap cemas soal masa depan mereka.
Sikap Politik
Berdasarkan hasil survei dari Alvara Research Center tahun 2014, dalam gambaran sebuah pemilihan umum, generasi milenial di Indonesia cenderung menjadi pemilih yang bersikap swing (berubah-ubah) dan apathetic (apatis, tidak peduli). Jangankan dari survei, di linimasa media sosial juga bisa, kok, kita menemukan mereka-mereka yang dukungannya berpindah-pindah dan malah jadi debat sendiri. Ngga ngerti lagi
Kesenjangan Kepercayaan Diri
Generasi milenial hadir di tengah pendidikan memadai yang menempa mereka menjadi manusia kreatif. Tak jarang, kelebihan ini membuat mereka menuntut diperlakukan istimewa. Di sisi lain, ada juga generasi milenial yang bawaannya minder melulu. Akibatnya, tingkat stres dan depresi meningkat pesat. Kalau ngga di-handle dengan baik, fenomena ini bisa mengarah pada hal-hal yang tidak diinginkan.
Ngga Suka-suka Amat pada Kebiasaan Lama
Kalau ditelaah, ojek online menjadi salah satu hasil kontemplasi dari tantangan ini. Yaa, kenapa harus repot-repot cari ojek kalau bisa pencet tombol Order di hape sambil salto di rumah? Tapi, mohon maaf nih, kadang-kadang memang ada suatu kebiasaan yang sudah jadi tradisi dan tidak bisa seenaknya diubah-ubah.
Konflik Agama
Di zaman yang kian terbuka, mau ngga mau, generasi milenial cenderung punya peluang menghadapi banyak konflik, termasuk konflik-konflik agama. Ngga melulu soal pertikaian antaragama, masalah-masalah yang muncul di dalam suatu agama itu sendiri pun patut menjadi perhatian.
Melawan Hoaks
Majunya teknologi di tengah-tengah kehidupan generasi milenial memang mempermudah penggunanya untuk menekan tombol Share sekaligus terkejut-kejut melihat headline berita lainnya. Sayangnya, ngga semua berita yang tersebar sekarang ini akurat.
Tren Pernikahan Berubah
Menurut riset dari Bridestory, tren pernikahan di generasi milenial telah berubah. Kalau dulu kita tahunya pernikahan itu kebanyakan di-PJ-in sama orang tua mempelai, ternyata sekarang ini mempelai pria dan wanitalah yang cenderung menjadi otak utama rencana pernikahan. Mereka pun bersikap lebih aktif dalam hal pembayaran biaya menikah.
Lebih Cepat Botak
Bukan tanpa alasan, hal ini bisa terjadi akibat pola makan dan gaya hidup, serta hal yang telah kita sebut sebelumnya: tingkat stres berlebihan, apalagi dengan tantangan-tantangan di atas!!! Lagi pula, generasi milenial di Indonesia pun banyak yang mengaku mulai stres, baik karena minder maupun merasa kesepian. Uniknya, kesepiannya pun kesepian ala milenial, yaitu akibat semakin menurunnya jumlah like di Instagram.m-co