New Normal Harus Terukur

Sonedi dan Heru Hidayat

PALANGKA RAYA/tabengan.co.id – Rencana adanya penerapan New Normal atau prosedur standar pola hidup baru di Kota Palangka Raya dan beberapa daerah lainnya, mendapat sorotan dari tokoh pemuda di Kalimantan Tengah H Heru Hidayat.

Menurut alumni aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini, sebaiknya rencana penerapan New Normal harus dikaji secara mendalam dengan kajian ilmiah dan lebih pada substansi penyelesaian secara terukur, terstruktur dan teratur.

Heru berpendapat, minimal ada enam poin yang harus diantisipasi dan disiapkan secara terukur, terstruktur dan teratur oleh pemerintah daerah.

Pertama, New Normal sebaiknya memang pada saat pandemi mulai terkendali, tingkat pertambahan kasus yang rendah, dan tingkat penularan yang rendah. Sehingga fokus menambah tingkat kesembuhan pasien Covid-19 dan terus mengurangi jumlah pasien positif Covid-19 di masyarakat. Artinya kurva harus dalam kondisi minimal melandai terlebih dahulu. Jika perlu dilakukan rumusan untuk mengukur tingkat penularan yang disusun para ahli epidemiologi atau disebut reproduction number menjadi indikator keberhasilan penanganan Covid-19 saat awal, sekarang dan prediksinya.

Kedua, kemampuan data dan pemetaan yang akurat/detail dalam sebaran dan penanganan pandemi Covid-19 di masyarakat. Diperlukan tes yang aktif, sehingga angka dan pola sebarannya terukur sehingga memudahkan untuk pemetaan (mapping) dan tata laksana. Maka diperlukan ketersediaan alat rapid test yang cukup dan tingkat akurasi yang teruji, dan test swab.

Ketiga, sosialisasi dan pelibatan para pihak secara masif seperti tokoh masyarakat, pemuda dan jejaring Rukun Tetangga dalam penerapan protokol kesehatan. Sangat penting melakukan komunikasi intensif, sosialisasi ke tokoh masyarakat, dan menjadikan mereka sebagai role model/duta/ speaker.

“Jejaring RT ini penting sekali, kita perlu model penanganan covid berbasis masyarakat. Antisipasi orang tanpa gejala (OTG) atau gejala minimalis dan pelibatan masyarakat agar memahami isolasi mandiri serta gotong royong lingkungan masyarakat. Mencegah berarti upaya deteksi dini harus kuat dan terkontrol dengan baik,” kata Heru.

Keempat, lanjut dia, tentang regulasi, jaminan kesehatan dan keselamatan bagi masyarakat serta ketersediaan dan harga kebutuhan pokok masyarakat yang stabil pada saat New Normal.

Kelima, kesiapan layanan kesehatan, tenaga kesehatan dan fasilitas pendukung, apabila terjadi lonjakan masyarakat yang terkena pandemi Covid-19 ini. Daya dukung alat pelindung diri (APD) dan lainnya sampai tingkatan Puskesmas.

Keenam, harus ada terobosan dan pola pengelolaan anggaran secara efektif, efisien dan transparan oleh Pemda.

Dijelasakan Heru, apabila keenam poin tersebut dilakukan Pemda bersama para pihak, maka akan menambah kepercayaan masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya menumbuhkan kembali sektor perekonomian dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

“Begitu pula bagi tenaga kesehatan akan sangat terbantu apabila ada upaya maksimal dari Pemda dalam penanganan pencegahan dan penyediaan fasilitas kesehatan,” ungkap mantan anggota DPRD Kalteng ini.

Memang di antara tantangannya adalah ketika kemampuan anggaran yang belum sepenuhnya siap pada Pemda, akan menjadi beban tersendiri bagi para kepala daerah dan jajarannya untuk bisa mengelola dan melakukan terobosan. Hal ini harus dilakukan sebagai bagian dari antisipasi menghadapi kondisi pandemi Covid-19 apabila berlangsung lama. Meski demikian, semua berharap agar pandemi Covid-19 ini agar segera berakhir.

Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMP) Dr H Sonedi MPd mengatakan, peran aktif dunia pendidikan tinggi (kampus) untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.

Sebab tutur Wakil Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalteng ini, New Normal Live ini menuntut masyarakat beradaptasi, dengan situasi dan lingkungan yang baru.

Untuk itulah, masyarakat harus mampu beradaptasi dalam rutinitas mengurangi kontak fisik, menghindari kerumunan dan sering cuci tangan. **/ist