BANDUNG/tabengan.com – Pengamat Politik dari Universitas Parahyangan, Asep Warlan Yusuf meminta Pilkada serentak 2018 jangan hanya dianggap pesta politik semata, tetapi sebagai pesta kebudayaan dan peristiwa yang bernila intelektual tinggi.
“Jangan sampai jadi politik tidak beradab, jika partai politik hanya membutuhkan masyarakat lima menit di dalam Tempat Pemungutan Suara (TPS),” ujar Asep dalam press conference Survei Indo Barometer di Hotel Bidakara Savoy Homann, Kamis (23/3).
Ia mengungkapkan, hasil survei yang dipresentasikan oleh Indo Barometer bukanlah sebuah pilihan publik yang berlaku permanen. Pasalnya, dicontohkan Pilgub Jawa Barat masih berlangsung 1,5 tahun lagi dan masyarakat dapat terus berubah pilihannya pada setiap calon gubernur.
“Ini masih sangat dinamis, ini hanya sebagian kecil masyarakat itu kenal si calon gubernur yang ada,” tuturnya.
Selain itu, Asep pun mengapresiasi langkah Partai Nasdem mendeklarasikan pendukungan terhadap Ridwan Kamil maju ke kursi Jabar 1. Namun, ia berharap itu bukan keputusan akhir, Nasdem perlu melakukan kajian lebih lanjut untuk memantapkan pilihan.
“Itu terobosan baru Nasdem, harapan saya itu bukan final, saat nanti ternyata Ridwan Kamil tidak layak, Nasdem sebisa mungkin cari yang lain, dan sebaliknya jika Ridwan Kamil penting, ajak partai lain untuk berkoalisi,” jelasnya.
Partai politik (Parpol) juga menurut Asep, perlu melakukan survei ke sejumlah lembaga pemerintah, guna mengetahui permasalahan apa yang terjadi di suatu daerah sehingga bisa mencari sosok yang tepat diusung.
“Langkah awal ada pada Parpol, harus bekerja dengan survei, apa masalah yang harus dikerjakan, dugaan saya selama ini mereka belum melakukan hal itu, jadi bukan hanya mencari nama orang untuk diusung,” tandasnya.p-com