Putus, Warga Kotim Bangun Jalan Berbayar

ISTIMEWA TINJAU-Camat Mentaya Hulu, Kotim M Indra ketika meninjau jalan poros yang rusak beberapa waktu lalu.

SAMPIT/TAENGAN.CO.ID-Pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), khususnya wilayah utara patut menjadi perhatian serius dari pemerintah. Pasalnya, gara-gara jalan rusak, sejumlah warga berinisiatif membangun jalan alternatif berbayar.

Kejadian tersebut terjadi di Kecamatan Mentaya Hulu, Kotim. Rusak dan putusnya jalan di daerah itu akibat musim hujan, memunculkan ide warga membuat jalan alternatif agar transportasi darat warga setempat tidak terganggu.

Dimana warga pemilik jalan, membuat portal dan juga memasang tarif untuk kendaraan yang lewat yakni untuk kendaraan roda empat sebesar Rp25 ribu dan kendaraan roda dua Rp10 ribu. Adanya pemungutan tarif jalan ini pun viral di media sosial dan menjadi sorotan.

Kondisi tersebut pun dibenarkan Camat Mentaya Hulu Muhammad Indra. Menurutnya, jalan tersebut merupakan jalan alternatif yang dibuat swadaya secara bersama di tanah milik masyarakat dan statusnya  bukan jalan umum.

Jalan tersebut katanya dibuat karena kondisi darurat semata, sebelum lebaran untuk salah satu jalan alternatif akses warga setempat. “Jadi komitmennya pemilik tanah meminta infaq seikhlasnya bagi mereka yang melewati jalan tersebut. Jalan ini bahkan  masih dimanfaatkan, karena jalan ini satu-satunya akses yang masih bagus,” terangnya, Jumat (19/4).

Dikatakannya, saat ini kondisi jalan umum yakni poros utama sangat parah. Pihak Kecamatan tidak dapat berbuat banyak karena sambil menunggu kondisi alam yang mendukung. Jika kondisi sudah mulai panas dan tidak ada hujan, pihaknya pun nanti memperbaiki secara swadaya dengan  dibantu alat berat bantuan Bupati di Kecamatan.

Dirinya justru bersyukur dengan adanya jalan alternatif tersebut, karena jika tidak ada pastinya warga setempat sangat kesulitan untuk akses bolak balik di wilayah tersebut. Dirinya juga menjelaskan jalan alternatif tersebut sengaja diportal pemilik jalan dikarenakan  menjaga agar tidak ada truk pengangkut buah yang masuk melalui jalan tersebut hingga poros utama selesai diperbaiki.

“Yang punya tanah pun sudah kita sampaikan tidak harus melakukan pemungutan dengan target. Disamping kita ini terus mencari solusi-solusi alternatif dan berharap ini tidak berkepanjangan,” ujarnya. c-may