Ekobis  

IHSG Anjlok, Pemerintah Kalteng Harus Tanggap

Pengamat Ekonomi Kalimantan Tengah (Kalteng) sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya (UPR) Fitria Husnatarina

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Pengamat Ekonomi Kalimantan Tengah (Kalteng) sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya (UPR) Fitria Husnatarina menanggapi terkait anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Diketahui, beberapa hari terakhir IHSG mengalami penurunan harga atau anjlok yang menyebabkan pasar menjadi terguncang. Kemudian apakah ini berdampak terhadap perekonomian di Kalteng atau tidak. Fitria menyebut ini memiliki dampak, maka perlunya pemerintah daerah untuk dapat mengatur dengan baik.

Dijelaskan Fitria, terkait dengan anjloknya IHSG secara signifikan, ini merupakan efek daripada turbulensi pasar terhadap trust economy atau kepercayaan dari ekonomi Indonesia yang merupakan akumulasi dari banyak faktor.

“Anjloknya IHSG ini bukan disebabkan oleh satu faktor tapi ada banyak faktor, ini rentangnya cukup lama karena penurunan IHSG akumulasi dari banyak faktor,” katanya kepada Tabengan, Jumat (21/3).

Menurut Fitria, hal ini terjadi karena bagian dari pasar yang bereaksi seperti isu awal tahun yang menyebut Indonesia mengalami defisit sebagai respons dari para investor.

“Dengan kondisi ini memang juga terlihat dari program-program yang dibuat oleh pemerintah belum terlihat seperti Makan Bergizi Gratis, Danantara dan program lainnya terkait kebijakan strategis dalam proyek besar,” jelasnya.

Tetapi, trust masyarakat dan investor ini diuji dengan situasi seperti ini dengan menghadapi hal seperti ini. Sehingga mindsetnya adalah para pemilik dana atau investor memilih untuk menunggu dan melihat dari kebijakan pemerintah.

“Yang terjadi bahkan hingga menarik dananya dari investasi. Ini merupakan sentimen karena tidak terjaminnya program dari pemerintah berjalannya seperi apa,” imbuhnya.

Salah satu faktor lagi yang terjadi yakni dengan adanya PHK masal yang terjadi usai Sritex yang mengalami pailid. Sehingga banyak masyarakat yang beranggapan persaingan mencari kerja semakin sulit.

“Karena PHK menyebabkan banyak persaingan di berbagai bidang dan ini menyebabkan juga daya beli masyarakat menjadi berkurang sehingga pasar beraksi atas hal tersebut dan ini akan berpengaruh lagi nanti pada gelombang PHK,” terangnya.

Selain itu, banyak hal lagi yang menjadi faktor seperti disahkannya RUU TNI menjadi UU TNI yang mebuat masyarakat menjadi ter trigger dan investor juga memilih menunggu dan melihat pasar ke depan.

“Lalu ini juga dalam kondisi bulan Ramadan menuju hari Lebaran yang juga membuat masyarakat dan pasar sedang mengalami kenaikan harga dan ini juga menjadi faktor ekonomi,” bebernya.

Kemudian lagi, terkait kepastian kebijakan suku bunga, pasar secara global dan bagaimana persaingan di pasar global yang dianggap masyarakat hal ini masih abu-abu dalam mengambil keputusan.

“Dengan banyaknya informasi atau overload informasi menyebabkan masyarakat memilih untuk menunggu dan ragu-ragu untuk membeli karena banyaknya isu yang terjadi terkait kebijakan-kebijakan yang sedang berjalan,” terang dia.

Oleh karena itu, Fitria menyebut perlunya pemerintah untuk membuat sentimen masyarakat atau publik menjadi bagus kembali agar kepercayaan bisa diraih untuk investor menanam modal.

Lebih lanjut, Fitria menyebut dari hal ini dampaknya untuk Kalteng terkait IHSG. Pemda harus serius menangani ini karena dampaknya nanti bisa berakibat pada pasar.

“Maka dari itu, karena tadi kita sebutkan banyak terjadi PHK dan misalnya mereka gagal di pusat dan kembali ke daerah seperti Kalteng, misalnya ini akan menimbulkan lagi persaingan. Sehingga pemerintah harus bisa mengatur hal ini,” jelasnya.

Salah satunya juga dampak dari efisiensi untuk daerah tentu juga berdampak karena itu menyebabkan daya beli berkurang. APBD dan APBN juga berkurang sehingga bagaimana pasar menjadi lesu.

“Maka pemerintah daerah Kalteng perlu memikirkan hal ini agar dampaknya terhadap daerah tidak terlalu besar dengan anjloknya IHSG ini,” tutupnya. rmp