DPRD Desak Evaluasi Menyeluruh MBG Kalteng

DPRD Desak Evaluasi Menyeluruh MBG Kalteng
Muhammad Ansyari

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID Insiden keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dialami oleh 27 siswa Sekolah Dasar (SD) di Palangka Raya usai menyantap burger dilengkapi saus kedaluwarsa, mendapat perhatian serius dari Wakil Ketua II DPRD Kalteng, Muhammad Ansyari.

Ia menilai peristiwa tersebut harus menjadi evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG, khususnya dalam aspek pengawasan dan kelayakan makanan.

“Kasus ini menjadi evaluasi untuk BGN, terutama nanti saya akan komunikasi dengan Koordinator Regional Kalteng agar ini menjadi atensi lebih,” ucap Ansyari saat diwawancarai, Selasa (30/9).

Legislator Gerindra ini menekankan program MBG yang digagas pemerintah pusat jangan sampai ke daerah menjadi masalah.

“Kejadian ini menjadi masalah serius, jangan sampai programnya yang menjadi masalah. Harapannya akan ada evaluasi ke depan, semakin diperketat agar program-program ini harus terkawal dengan baik,” tegasnya.

Meski Badan Gizi Nasional (BGN) Kordinator Wilayah Kalteng bukan mitra langsung DPRD, Ansyari menyebut pihaknya tetap memiliki tanggung jawab moral agar pelaksanaan program pemerintah pusat dapat berjalan optimal.

“Tapi untuk kami punya beban moral, agar bagaimana program pemerintah pusat berjalan dengan baik,” tuturnya

Ia juga mengingatkan SPPG di Kalteng ke depan harus memiliki kelengkapan dokumen Sertifikasi Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

“Sebenarnya kan masalah penyediaan makanan terutama dapur ini harus ada Sertifikat Laik Higiene Sanitasi, itu harus punya,” terang Ansyari.

Ia menyambut baik rencana BGN untuk menerapkan sistem akreditasi terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ke depan. Menurutnya, sistem tersebut dapat menjadi filter untuk menjamin kualitas pelaksanaan program MBG di daerah.

“Ke depan saya dengar BGN akan melakukan sistem akreditasi, mudah-mudahan ini menjadi salah satu bisa memfilter agar program pemerintah pusat menjadi lebih baik,” paparnya.

Lebih lanjut, mengenai menu burger yang disajikan kepada siswa, ia mempertanyakan kelayakan menu tersebut dalam program makanan bergizi, apalagi mengingat roti burger termasuk dalam kategori makanan ultra proses.

“Rasa-rasanya burger ini layak nggak? Karena saya dengar roti itu termasuk makanan ultra proses, sehingga saya pikir dapat mengurangi nilai gizi,” ungkapnya.

Ia menekankan pentingnya pelatihan terhadap kepala SPPG agar memahami juknis dan dapat menyusun menu mingguan sesuai kebutuhan gizi anak-anak di wilayah masing-masing.

“Harusnya setiap kepala SPPG itu sudah dilatih, sudah punya menu dalam satu minggu itu apa yang bisa dalam proses pelaksanaan soal teknis yang harus konsisten sesuai juknis,” tegasnya.

Terkait insiden yang menimpa 27 siswa dari total 3.000 penerima MBG di Palangka Raya, Ansyari mendesak agar dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap zat yang menyebabkan gejala seperti sakit perut, mual, muntah, dan sakit tenggorokan.

“Sebenarnya zat apa yang membuat mereka mengalami efek samping sakit perut, muntah mual, dan sakit tenggorokan,” ujarnya.

Ia juga meminta agar kejadian serupa segera dilaporkan apabila terulang di masa mendatang, untuk dijadikan bahan evaluasi dan perbaikan bagi pelaksanaan program.

“Kalaupun terulang di kemudian hari, saya minta segera laporkan biar bisa menjadi evaluasi untuk SPPG-nya, walau mungkin mereka berdalih apapun, harus tetap ada evaluasi,” pungkasnya. jef