PALANGKA RAYA/tabengan.com – Kalimantan Tengah memang kaya sumber daya alam (SDA). Mulai dari hasil hutan, tambang, perkebunan hingga perikanan. Di bidang perikanan, Kalteng setiap tahun mengekspor ratusan ribu ekor ikan hias khas Kalteng keluar negeri. Kalteng juga mengirim ratusan ton ikan segar ke kota-kota besar di Indonesia.
Kepala Perwakilan Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Klas I Palangka Raya Iromo SIP didampingi Kepala Seksi Pengawasan, Pengendalian dan Informasi (Wasdalim), Ibramsyah K Antel mengatakan, ada tiga Negara tujuan ekspor ikan hias Kalteng, yakni Singapura, Jepang dan Taiwan.
“Pengiriman dilakukan melalui stasiun Karantina Ikan Palangka Raya, Sampit dan Pangkalan Bun,” katanya kepada Tabengan, Selasa (27/11).
Adapun jenis ikan hias Kalteng yang diekspor, mulai dari Botia, Gurame Coklat, Seluang, Lais Kaca, Baung, Cupang, Kepala Kuda, Rhombocullatus, Kalochroma, dan Kihung. “Kalau di kita masyarakat lokal, seperti ikan Seluang, Baung dan Lais itu untuk dikonsumsi. Tapi kalau di luar negeri itu ikan hias,” katanya.
Sayangnya, jumlah ikan hias yang diekspor ke luar negeri kian berkurang dari tahun ke tahun. Di satu sisi karena jumlah eksportir berkurang, sebelumnya ada dua eksportir kini tersisa satu. Namun di sisi lain, aktivitas penambangan di sungai dan tercemarnya danau menyebabkan populasi ikan hias terus berkurang.
Menurut data pengiriman ikan melalui BKIPM Palangka Raya, tahun 2015 tercatat ada 189.300 ekor ikan hias yang diekspor. Ini berkurang menjadi 139.685 pada tahun 2017, dan turun lagi menjadi 129.670 ekor pada 2017. Data itu mencakup pengiriman melalui Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya, Bandara H Asan Sampit, dan Bandara Sultan Iskandar Pangkalan Bun.
Di samping mengekspor ikan hias, Kalteng juga menjadi pemasok ikan segar ke kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Pontianak dan Tanjung Pinang. Pengiriman ikan segar ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2016, tercatat ada 6.926 kali pengiriman, kemudian tahun 2017 ada 7.804 kali pengiriman, dan di tahun 2018 hingga Oktober sudah 8.163 kali.
Jenis ikan yang paling banyak dikirim ke luar daerah tahun 2017, udang segar 142,353 ton, daging rujangan 132,118 ton, dan kerang kepah 113,431 ton. Pengiriman ikan di tahun 2017 paling banyak ke kota Jakarta 5.032 kali, Surabaya 1.331 kali, Semarang 839 kali, Pontianak 133 kali dan Tanjung Pinang 66 kali. Selain ikan segar, Kalteng juga mengirim ikan hidup, seperti udang ronggang, ikan Botia dan kepiting.
Pemerintah juga kini semakin ketat dan pengiriman ikan ke luar negeri. Ikan khas Kalteng seperti Arwana dan Belida kini tak lagi diekspor. Ikan itu kini termasuk dilindungi, sehingga tak boleh ditangkap. Ikan hias Botia juga mulai dibatasi, yang boleh diekspor hanya ukuran antara 2,5 cm hingga 15 cm.
Dalam upaya melindungi ikan lokal Kalteng, kata Bram, panggilan akrab Ibramsyah K Antel, BKIPM juga melakukan identifikasi terhadap ikan hias yang masuk ke Kalteng. Dikhawatirkan beberapa jenis ikan alligator dari luar Kalteng, jika dilepas di perairan, dapat membasmi ikan lokal. Tapi sejauh ini ikan hias yang masuk ke Kalteng hanya sebatas untuk dijual di toko-toko ikan hias.
Data BKIPM tahun 2018, hingga Juli jumlah ikan hias yang masuk ke Kalteng sebanyak 10.087 ekor, terdiri atas 37 jenis ikan hias. Kalteng juga menerima bibit ikan dari luar daerah untuk budidaya. Seperti benih gurame, nila, bawal, bandeng (nener), udang windu, udang pahame dan lele. “Yang sulit diidentifikasi di Kapuas, karena dikirim dari Banjarmasin lewat jalur darat,” katanya.mel