Sepanjang tahun 2022, atau sejak Januari hingga November 2022 hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) terdampak banjir. Banjir merata dan berulang-ulang di seluruh kabupaten/kota ini baru pertama terjadi di Kalteng. Apakah ini menandakan alam kalteng telah rusak?
Walhi:70 Persen Hutan Di Kalteng Diduga Telah Rusak
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Tengah Dimas Novian Hartono mengatakan, hutan di Kalteng sebanyak 70 persennya sudah rusak, mirisnya kebanyakan sudah beralih fungsi menjadi areal perkebunan kelapa sawit, tambang dan lainnya.
Dampaknya sebagian wilayah Kalteng terancam banjir seiring munculnya la nina atau cuaca ekstrim. Berkaca pada bencana alam tahun lalu, sebagian besar kawasan hutan tidak mampu menyerap air secara maksimal, hal ini diperparah adanya pembalakan liar sehingga menyebabkan hutan menjadi gundul.
Kondisi hutan yang ada di Kalteng ini, dari data yang ia miliki, kawasan hutan di Kalteng ada sekitar 15 juta hektare, 80 persen sudah alih fungsi ke sektor perkebunan, pertambangan dan sektor industri kehutanan. Bukan tidak mungkin, ke depan, jumlah luasan hutan akan semakin berkurang.
KLHK, Kalteng Alami Penurunan Tutupan Hutan 2,3 Persen
Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang berada di pulau Kalimantan dengan jumlah penduduk sekitar 2,5 juta jiwa. Luas wilayah kurang lebih 15,4 juta hektar dimana 13,0 juta hektar berupa hutan dan 2,7 juta hektar berupa lahan gambut.
Pada 24 April 2021 Kementerian Lingkungan Hidup dan Lingkungan (KLHK) mencatat, Pulau Kalimantan mengalami penurunan persentase luas tutupan hutan sepanjang 2015-2018. Kalimantan Tengah menjadi provinsi yang paling banyak mengalami penurunan tutupan hutan dalam tiga tahun tersebut, yakni sebesar 2,3%.
Data Yayasan Auriga Nusantara
Selama periode 2015-2019, Kalimantan Tengah kehilangan 411.027 hektare hutan alam. Pada 2015, deforestasi di provinsi tersebut tercatat seluas 79.423 hektare. Lalu melonjak drastis pada 2016 ke 197.192 hektare. Kemudian turun ke 45.980 hektare (2017), 44.263 hektare (2018), dan 44.167 hektare (2019).
Data statistik Kalteng lusan kebun sawit di Kalteng: 2016 seluas 1.577.204,89, 2017 seluas 1.508.215,55 dan 2018 seluas 1.508.215. Luasan ini terus bertambah tahun demi tahun.
Komisi VII DPR RI Mukhtarudin
Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin (bornenews 23 November 2021) penyebab banjir kalteng, pertama karena faktor cuaca. Diketahui, bahwa saat ini sedang terjadi La Nina, atau perubahan iklim akibat pemanasan global, sehingga mengakibatkan curah hujan cukup tinggi di Indonesia, termasuk di Kalteng,” kata Mukhtarudin, pada Selasa, 23 November 2021.
Kemudian, lanjut Mukhtarudin Anggota DPR RI Dapil Kalteng, banjir terjadi karena tutupan kawasan hutan atau daerah resapan di Kalimantan, khususnya Kalteng mulai menipis, terutama yang berada di hulu sungai-sungai yang ada.
Mukhtaruddin yang juga sebagai Anggota Banggar ini menegaskan, banjir yang saat ini terjadi di Kalteng, hingga terjadi dua kali dalam setahun merupakan dampak pembangunan yang hanya berorientasi pada ekonomi.
“Daerah resapan banyak yang rusak, khususnya di daerah hulu sungai-sungai yang ada di Kalteng, karena dampak pembangunan yang lebih mengedepankan ekonomi daripada mempertimbagkan lingkungan,” imbuhnya.
Terkahir, bahwa penyebab terjadi bencana banjir akibat perubahan iklim akibat pemanasan global, dan ini juga harus menjadi perhatian semua pihak, sehingga kedepan dapat lebih menjaga lingkungan dan mengupayakan pada perbaikan lingkungan.
Greenpeace: Eksplorasi Alam Kalteng Besar-besaran
Banjir yang melanda sebagian besar wilayah Kalteng saat ini mendapat sorotan dari Greenpeace. Menurut mereka, banjir terjadi karena tingkat kerusakan alam yang dinilai sudah parah.
Kerusakan alam yang parah itu disebabkan aktivitas eksplorasi alam dengan alasan ekonomi yang dilakukan secara besar-besaran di sejumlah daerah. Baik kawasan hutan maupun wilayah pertambangan. Akibatnya, terjadi kehancuran hutan dan alam di Kalteng.
enurut Arie, berkaca pada kebiasaan beberapa tahun lalu, banjir di Kalteng biasanya terjadi saat puncak musim hujan, yakni Januari–Februari.
Namun, banjir di sebagian besar wilayah Kalteng saat ini justru terjadi pada awal musim hujan. ”Ini baru mau masuk musim hujan, tapi sudah banyak daerah di Kalteng yang mengalami banjir. Itu menandakan tingkat kerusakan alam sudah sedemikian parah di hampir seluruh wilayah Kalteng,” ucap Arie. ***