215 Titik Panas Terpantau di Kotim

215 Titik Panas Terpantau di Kotim
ISTIMEWA HOTSPOT- Grafik yang dirilis BMKG terkait hasil pantauan hotspot sejak awal Agustus 2023.

+Kalteng Alami Penurunan Curah Hujan

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Hj Asan Sampit menyebut, sejak awal Agustus 2023 terpantau sebanyak 215 titik panas (hotspot) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

“Titik tersebut dari hasil pantauan kami dari seluruh kecamatan yang ada di Kotim. Titik terbanyak kita temukan di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan,” kata Kepala BMKG Bandara Hj Asan Sampit Musuhanaya saat diwawancarai Tabengan, Jumat (11/8).

Menurut Musuhanaya, terlihat dari grafik pada Agustus memang frekuensi munculnya titik panas cenderung meningkat dan yang tertinggi sementara pada 9 Agustus sebanyak 56 titik panas.

Selama Agustus tercatat jumlah keseluruhan titik panas hingga tanggal 11 pukul 15.00 WIB sebanyak 215 titik panas, dan titik panas terbanyak terdapat di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.

“Puncak musim kemarau menurut prediksi kami di tahun 2023 ini, khususnya di wilayah Kabupaten Kotim diprediksi dari bulan Agustus hingga September 2023,” jelasnya.

Melihat dari kondisi cuaca tersebut, Musuhanaya mengimbau agar selalu waspada terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Sementara, di Kota Palangka Raya, dari Januari-Agustus laporan karhutla terjadi di 3 kawasan dengan jumlah 112 kejadian.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Palangka Raya Gloriana Aden, Jumat (11/8), mengatakan, untuk penanganan karhutla pihaknya melakukan penanganan dalam bentuk dukungan petugas dan armada, apabila diperlukan oleh satgas karhutla.

Menurut Gloriana, hal itu dilakukan karena penanganan karhutla di Kota Palangka Raya, sesuai Perda Kota Palangka Raya tentang Pencegahan, Penangulangan Kebakaran dan Penyelamatan No.4 Tahun 2022 disebutkan bahwa penanganan karhutla merupakan tugas pokok fungsi dan kewenangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

“Jadi apabila ada karhutla OPD Teknis yang berwenang yang menangani dan apabila tidak mampu dan butuh bantuan, baru Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan turut bergabung,” bebernya.

Disebutkannya, terdata di dalam laporan 112 kejadian per Januari sampai dengan saat ini (Agustus) hanya 3 lokasi yang turut dan ditangani oleh regu damkar, karena mitra damkar dari BPK Swakarsa dan Redkar sudah turut serta menangani karhutla yang terjadi di Kota Palangka Raya.

Penurunan Curah Hujan

BMKG Kalteng memprediksikan adanya penurunan curah hujan dalam beberapa waktu ke depan. Menurut Prakirawan BMKG Kalteng Chandra Mukti Wijaya, memang dalam 3 hari ke depan kelembapan udara di beberapa lapisan cukup rendah, khususnya di wilayah Kalteng.

“Kondisi rendahnya kelembapan ini menurunkan potensi pertumbuhan awan hujan yang berdampak pada panasnya suhu udara dalam beberapa hari ini,” ujarnya kepada Tabengan, Jumat (11/8).

Dijelaskan, hal ini ditambah dengan sejumlah wilayah di Kalteng yang telah memasuki musim kemarau, yang juga menjadi penyebab penurunan jumlah curah hujan. Apalagi, adanya fenomena Elnino (fenomena yang memengaruhi cuaca, dengan dampak kekeringan dan kemarau panjang) ke depannya yang terjadi di saat musim kemarau, juga menjadi salah satu faktor turunnya curah hujan terkait di beberapa wilayah di Kalteng.

Maka itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat terkait rendahnya intensitas hujan di beberapa wilayah, waspada potensi kemudahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalteng. Untuk itu diharapkan kepada masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan untuk tujuan apapun.

Dari pantauan prakiraan cuaca Kalteng secara umum melalui website resmi BMKG Kalteng Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut, memang terlihat cuaca di beberapa daerah didominasi berawan dan cerah tanpa adanya hujan. Untuk suhunya sendiri mulai dari 23-33 derajat Celcius dengan kecepatan angin mulai dari 50-100.

Sementara itu, terkait dengan adanya upaya jajaran Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama BRIN dan jajaran lainnya dalam melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca, yaitu hujan buatan, pihak BMKG Kalteng sendiri sangat mendukung hal tersebut.

Menurut pihaknya, memang di saat musim kemarau saat ini pemerintah terus berupaya dalam mitigasi (pengurangan risiko) terhadap dampak bencana karhutla.

“Mitigasi itu di antaranya pelaksanaan TMC atau yang lebih dikenal dengan nama hujan buatan. Untuk saat ini BMKG sendiri aktif memberikan dukungan penyediaan informasi kondisi cuaca berupa prediksi pertumbuhan awan hujan dan sebarannya,” katanya.

Dengan begitu, jelasnya, akan menyukseskan proses penyemaian garam (NaCl) ketika TMC dilaksanakan dan proses terjadinya potensi turunnya hujan bisa terjadi. dsn/c-prs/drn