PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Banyaknya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi belakangan ini, berdampak buruk pada kualitas udara di Kota Palangka Raya. Dari pantauan, Senin (21/8), Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Kota Palangka Raya menunjukkan kondisi tidak sehat.
“Terupdate hari ini (Senin), ISPU di Kota Palangka Raya dalam kondisi kualitas udara tidak sehat. Diharapkan, masyarakat sebisa mungkin tetap menjaga kesehatan, konsumsi air yang cukup, makanan bergizi, mengurangi kegiatan atau aktivitas di luar ruangan,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya Achmad Zaini, melalui Kepala UPTD Laboratorium Lingkungan DLH Kota Ahmad Ariadi.
Namun jika terpaksa, imbuh dia, sebaiknya sudah mulai menggunakan masker kembali. Menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuka lahan dengan cara membakar.
Dengan kualitas udara Palangka Raya yang kini sudah memasuki level tidak sehat, memberikan keterangan bahwa tingkat kualitas udara yang ada di kota bersifat merugikan pada manusia hewan dan tumbuhan. Parameter NO2 (Nitrogen Dioksida) di angka 165.
Sementara itu, Analis Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya Balap menyampaikan, pada Agustus ini sudah terlihat penambahan titik api. Kejadian karhutla terus meningkat signifikan.
“Pada bulan Agustus ini sudah terlihat ada penambahan titik api dan akan direkomendasikan untuk ditingkatkan statusnya dari siaga menjadi tanggap,” ujar Balap.
Data terbaru hingga 20 Agustus, dilaporkan melalui Instagram BPBD Kota Palangka Raya, sudah terjadi 73 insiden karhutla di Palangka Raya dengan luas 51,31 hektare lahan terbakar. Secara akumulatif, selama 2013 sudah terjadi 154 karhutla dengan 95,62 ha luas lahan dan hutan terbakar.
Di Kecamatan Jekan Raya sebanyak 85 kejadian, Kecamatan Pahandut 24 kejadian, Kecamatan Sebangau 41 kejadian, dan Kecamatan Bukit Batu 4 kejadian.
Diare Meningkat di Pulpis
Kasus masyarakat terserang diare hingga muntaber di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) meningkat, menyusul kemarau cukup panjang terjadi di 2023 ini. Peningkatan dipicu air tidak layak konsumsi dan kurangnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pulpis dr Pande Putu Gina, Senin (21/8), membenarkan terjadi peningkatan kasus diare beberapa pekan belakangan ini, baik pasien di Puskesmas maupun di RSUD setempat.
“Betul, ada kenaikan kasus diare, di musim kemarau ini PHBS harus ditingkatkan. Terutama air minum itu harus dimasak dan jangan meminum air yang tidak dimasak,” ujar Pande.
Menurutnya, untuk pengobatan dan penanganan masyarakat yang terkena diare atau muntaber, semua pelayanan kesehatan di Pulpis sudah siap.c-mye/rba





