BEDAH BUKU-Teras: Jadilah Pemilih Cerdas dan Kritis

Agustin Teras Narang

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Bagi masyarakat Kalteng, sosok Agustin Teras Narang (Terang) menjadi idola dan panutan. Di berbagai kegiatan penting dan menarik yang dilaksanakan di Kalteng, Gubernur Kalteng 2 periode ini sering kali menjadi narasumber. Masukan, ide dan pesan yang diberikan sangat mendukung kegiatan yang dilaksanakan.

Baru-baru ini, Bapak Pembangunan Kalteng ini hadir menjadi narasumber Talk Show dan Bedah Buku dengan tema Dramaturgi Politik Indonesia. Dramaturgi dari pendekatan Erving Goffman, dasar ulasan buku karya Muhammad Sulhan berjudul “Dramaturgi Politik Indonesia”.

Tokoh Kalteng ini menjelaskan, teori dramaturgi merupakan sebuah teori yang menjelaskan, didalam kegiatan interaksi satu sama lain, sama halnya dengan pertunjukkan sebuah drama. Manusia merupakan aktor yang menampilkan segala sesuatu, untuk mencapai tujuan tertentu melalui drama yang dilakukannya.

“Satu lagi pendekatan yang dibangun adalah soal teori manusia sebagai homo luden, mahkluk yang menyukai hiburan. Bila ada drama politik yang terlihat saat ini di dunia politik, kita mesti memahaminya sebagai mahkluk yang suka bermain. 2 garis besar catatan dari penulis ini, membantu para pembaca untuk mengenali gelagat politik dan permainannya. Membantu kita untuk menjadi masyarakat yang tidak ‘baperan’, dalam memandang tingkah politisi yang menarik perhatian para pengikutnya,” urai Senator Kalteng ini, Senin (27/5), via zoom meeting.

“Saya menyampaikan sedikit ulasan tentang catatan beliau dalam bukunya. Beberapa di antaranya terkait dengan komunikasi politik di tengah kita. Penulis menyampaikan sajian menarik, terkait berbagai dinamika dan komunikasi politik Indonesia,” tambah Teras Narang.

Misalnya, kata Teras Narang,  ketika Kick Andy pada 2019 lalu berhasil mewawancarai, dan mengorek sisi lain keterangan jujur dari seorang Megawati Sukarnoputri secara spontan dan luas, yang kita tahu kerap disalahpersepsikan publik karena komunikasi politiknya. Buku ini juga mengulas soal pejuang Hak Azasi Manusia (HAM) dengan topik keberanian bernama Munir, hingga soal fenomena gemoy.

Teras Narang mengakui, buku ini menarik dan membanggakan. Karena bisa membongkar sisi lain komunikasi politik elit, yang selama ini dilihat oleh publik. Saya menyarankan semua pihak menikmati ulasan bernas beliau dalam buku ini. Terutama menjelang Pilkada 2024 mendatang.

Catatan dalam buku ini, lanjut Teras Narang, membantu sekali bagi kita dalam menyambut Pilkada 2024. Pahami komunikasi politik dan teori-teori terkininya, kita akan semakin cerdas dalam melihat, beragam dramaturgi politik yang berusaha memikat masyarakat.

“Secara pribadi, saya melihat, dramaturgi politik Indonesia sudah berkembang dari dulu yang penuh protokoler dan kegagahan, sekarang berubah menjadi lebih santai dan penuh tawa. Semua ini adalah bagian tidak terpisahkan dari drama politik yang disiapkan, untuk menyesuaikan dengan perubahan demografi kita yang didominasi generasi muda, yang lebih ingin melihat politik secara asyik,” tambah Teras Narang.

Mari terus membaca, meningkatkan literasi dengan jernih agar kita sebagai masyarakat tidak salah dalam berpikir, mengambil kesimpulan, apalagi salah memilih hanya karena terpikat dramaturgi politik. Generasi muda, perlu memahami prinsip 5K. Prinsip yang mendorong kita menjadi Kritis, Konstitusional, Konstruktif, mengedepankan Kebersamaan, dan disampaikan dengan Kesantunan.

Jadilah pemilih cerdas dan kritis, bukan pemilih politisi plastis. Sebagaimana harapan yang disampaikan oleh Muhamad Sulhan. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?.ded