+Untuk mendukung Ketahanan Pangan di Kalteng, Nilai dan Praktik Budaya yang Turut Mempengaruhi Penggunaan Sumberdaya Pangan dari Hutan.
PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Pada hari Kamis 31 Juli 2025 digelar Publikasi Kajian Konsep Hutan Lestari untuk mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Tengah, yang merupakan kerja sama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Palangka Raya dan BAPPERIDA Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan tersebut digelar di Gedung PPIIG Universitas Palangka Raya.
Kajian dilaksanakan di 3 kabupaten, yaitu Pulang Pisau, Kapuas dan Katingan dengan mengambil lokus kajian di Hutan Desa Buntoi, Hutan Desa Tumbang Tihis dan Hutan Desa Habangoi. Dalam publikasi disampaikan hasil kajian bahwa jenis dan bentuk penggunaan sumberdaya hutan untuk ketahanan pangan dipengaruhi oleh nilai dan praktik budaya, ketersediaan pangan dan keleluasaan mengaksesnya dari hutan serta kondisi sumberdaya pangan tersebut di hutan.
Ketua Tim kajian Dr Hendra Toni, S.Hut., M.P didampingi anggota tim Dr. Belinda Hastari S.Hut., M.Si dan Reri Yulianti S.Hut., M.Sc mengatakan, masyarakat di desa kajian sudah sejak lama menggunakan banyak ruang di sekitar hutan untuk mengambil sumberdaya pangan seperti padi, sayuran, buah-buahan, umbut-umbutan, pinang, ikan ataupun binatang buruan. Dalam praktik ketahanan pangan tersebut menggunakan ruang alam yang dikenal masyarakat lokal dengan sebutan himba, kabun kalakah, ladang, petak bahu, Kaleka untuk membuat ketahanan pangan. Kearifan dan pengetahuan tradisional masyarakat lokal diyakini merupakan salah satu komponen penting dalam upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pangan setempat.
“Misalnya pinang, bagi masyarakat di hulu kabupaten Kapuas dan Katingan memiliki arti penting. Sebagai bahan pangan pinang menjadi bahan pokok dalam budaya menyirih/menginang, sedangkan dalam acara ritual adat, keberadaan pinang menjadi bagian dalam upacara adat. Oleh karena itu, di hutan keberadaan pohon pinang di Hutan desa Tumbang Tihis dan Habangoi dilestarikan dan dibudidayakan,” ucap Dr Hendra Toni.
Dipaparkan Dr. Hendra Toni, bahwa Ketahanan pangan pangan adalah kondisi di mana terpenuhinya pangan bagi masyarakat, hingga pada tingkat individu serta dinilai dengan ketersediaan pangan yang cukup baik jumlah ataupun mutunya, aman, beragam, merata, bergizi, dan terjangkau. Oleh karenanya, praktik pengelolaan hutan lestari untuk ketahanan pangan perlu dilandaskan pada keberadaan sumberdaya lokal baik material pangan maupun masyarakat pelaku.
Lebih jauh, Dr. Hendra Toni menjelaskan keberadaan Perhutanan Sosial dan pengukuhan wilayah hutan di desa-desa menjadi modal kuat dalam mewujudkan hutan lestari untuk ketahanan pangan di Kalimantan Tengah. Melewati kelompok masyarakat seperti LPHD akan dapat mewujudkan kemandirian pangan berbasis sumberdaya lokal di kawasan hutan yang dikelolanya. Ia juga berharap, hasil kajian ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah daerah dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya hutan di wilayahnya.
Publikasi kajian ini dihadiri oleh perwakilan BAPPERIDA Provinsi Kalimantan Tengah, BAPPERIDA kabupaten Katingan, BAPPERIDA dan DLH kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas, KPH Katingan Hulu, Kapuas Hulu dan Kahayan Hilir serta Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Katingan. ist





