SAMPIT/tabengan.co.id – Setelah berhasil ditangkap, buaya ganas di Sungai Seranggas Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit akhirnya dievakuasi oleh petugas Wildlife Rescue Unit (WRU) BKSDA SKW II Kalimantan Tengah, Sabtu (9/2). Proses evakuasi berlangsung alot karena buaya yang panjangnya sekitar 3,5 meter tersebut agresif.
Muriansyah, Komandan BKSDA Pos Sampit, menerangkan buaya ganas itu dibawa ke Taman Wisata Alam Tangking, Palangka Raya, Minggu (10/2) pagi. Upaya evakuasi dilakukan bersama-sama masyarakat setempat, pihak desa dan kecamatan, Polsek dan Polair.
“Sedangkan perangkap buaya, saat ini masih akan dipasang di Seranggas. Kemarin ada permintaan dari pak Camat, Kapolsek dan tokoh masyarakat agar perangkap tetap dipasang. Jadi, perangkap tetap kami pasang untuk satu minggu ke depan,” jelasnya, Minggu.
Tertangkapnya buaya ganas di Sungai Seranggas mendapat respons positif dari Camat Teluk Sampit Juliansyah. Menurutnya, teror buaya memang sangat meresahkan warga di Kecamatan Teluk Sampit. Sebagian besar sungai di Kecamatan Teluk Sampit terdapat buaya ganas, termasuk Sungai Seranggas.
“Kita bersyukur ada buaya yang sudah tertangkap. Kami berharap agar pemasangan perangkap buaya ini tetap terus dilaksanakan oleh BKSDA, karena diperkirakan masih ada buaya besar di sungai tersebut,” terang Juliansyah, Sabtu.
Disampaikan Juliansyah, keluhan teror buaya memang kerap disampaikan oleh warga di Kecamatan Teluk Sampit. Tidak hanya di Sungai Seranggas Desa Lempuyang, tetapi warga desa lain di kecamatan tersebut. Seperti Desa Parebok, Desa Regei dan beberapa desa lainnya.
Belakangan ini, lanjutnya, memang buaya-buaya yang tinggal di sungai-sungai kecil di kecamatan tersebut lebih agresif. Sudah tidak terhitung unggas dan ternak warga yang menjadi korban keganasan buaya.
“Makanya kita mendukung bila ada evakuasi atau penangkapan buaya-buaya ini, sehingga tidak meresahkan masyarakat lagi,” tandasnya.
Sementara itu, Camat Pulau Hanaut H Eddy Mashami mengatakan buaya-buaya di Sungai Mentaya lebih agresif belakangan ini diperkirakan karena sedang musim kawin. Selain itu, makanan alaminya sudah mulai berkurang sehingga buaya-buaya lapar ini mencari makan di dekat pemukiman penduduk.
Piton Raksasa

Warga Natai Suka Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat digegerkan dengan munculnya ular piton raksasa sepanjang 8 hingga 10 meter di Terminal Bus Natai Suka Pangkalan Bun, Sabtu (9/2) malam.
Anton, salah satu warga sekitar Terminal Bus Natai Suka menceritakan, malam itu kebetulan ada bus yang sedang parkir. Tiba-tiba muncul ular besar dari bawah bus. Sejumlah penumpang, para sopir dan kernet pun lari kalang kabut.
“Kami semua kaget karena baru kali ini melihat ular ukuran panjang dan besar, kemungkinan beratnya mencapai 200 kilogram lebih,” kata Anton.
Anton menuturkan saat yang lain berhamburan melihat ular piton itu, tiba-tiba ada salah seorang yang ahli menangkap ular. Meski dengan hati hati, akhirnya ular ukuran besar itu berhasil ditangkap.
“Begitu berhasil ditangkap, ular itu diamankan di rumah salah seorang warga sini, karena akan diserahkan kepada BKSDA. Karena hanya BKSDA yang lebih paham harus dilepasliarkan di mana? Keberadaan ular ini pun sangat mengkhawatirkan warga jika tidak segera diserahkan kepada BKSDA,” kata Anton.
Wartoyo, warga Natai Suka lainnya, menyebut kemunculan ular piton ada kaitannya sering hilangnya hewan peliharaan warga, seperti ayam bahkan kambing juga pernah hilang. Ada kemungkinan hilangnya itu disantap oleh ular tersebut.
“Sepertinya ular itu muncul karena mencari mangsa, warga sering mengeluh hilangnya hewan peliharaan mereka, apa ular ini yang memangsanya. Jika dilihat dari ukuran ular itu, kambing atau sapi aja bisa dilahapnya,” ujar Wartoyo. c-uli/c-arb