Jakarta/tabengan.com – Dulu rasanya mudah saja bagi seseorang menjalin hubungan percintaan, cukup ungkapkan lalu jalani berdua. Namun saat ini, segala yang berhubungan dengan romantisme tampaknya cukup rumit.
Anggapan yang muncul bahwa milenial kesulitan untuk menjalin cinta tak sepenuhnya salah. Penelitian terbaru menunjukkan generasi milenial tak mampu pacaran lantaran tak punya uang. Tak dimungkiri kalau pacaran, bagaimana pun juga, tetap butuh uang. Entah untuk biaya membeli bensin, makan berdua, jajan, atau ngopi berdua.
Riset terbaru ini dilakukan peneliti dari situs kencan Match sebagai studi tahunan yang menganalisis para jomlo milenial, baik laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat. Lebih dari 5 ribu orang lajang ikut dalam studi ini.
Hasil studi ini mengungkapkan bahwa mayoritas dari mereka mendambakan dapat menjalin hubungan asmara alias pacaran. Sayangnya, sepertiga milenial yang jomlo mengaku tak bisa mewujudkan cinta mereka karena terhalang masalah keuangan dan biaya pacaran yang mahal.
Match mendapati biaya pacaran di Amerika Serikat mencapai US$102 atau sekitar Rp1,4 juta. Biaya itu sudah termasuk makan malam romantis, sebotol anggur, dan tiket menonton film untuk dua orang.
Sementara di Indonesia, berdasarkan pengamatan CNNIndonesia.com, biaya pacaran untuk hanya menonton berdua di akhir pekan dapat menghabiskan Rp100 ribu. Makan di mal berdua berkisar Rp200 ribu. Sedangkan jika makan malam romantis di restoran atau hotel mewah berdua bisa mencapai Rp1 juta.
Temuan menarik lainnya yakni 20 persen milenial mengaku harus mencapai tingkat pendapatan tertentu sebelum menjalin hubungan yang serius. Sedangkan 23 persen lainnya juga harus mencapai karier tertentu barulah menjalin cinta.
Meski kesulitan dalam perihal finansial, sisi positifnya generasi milenial tetap yakin akan berhasil menemukan cinta yang mereka inginkan.
Di sisi lain, fenomena di Amerika Serikat yang muncul yakni meski tak menjalin cinta, mereka tetap mencari partner untuk berhubungan seks. Sebanyak 49 persen Gen Z dan milenial mencari pasangan seks dan mayoritas aktif secara seksual dalam sepekan terakhir. Kebanyakan mereka berhubungan 2-3 kali seminggu.
“Cinta, seks, dan bentuk romansa modern berkembang pesat di Amerika–dari milenial hingga generasi senior. Kekhawatiran dan ketakutan mengenai ketidakpedulian anak muda saat ini mengenai cinta dan komitmen sama sekali salah. Mereka hanya kesulitan menemukannya,” kata antropolog Match Helen Fisher, dikutip dari Independent.
Sumber: cnnindonesia.com