PALANGKA RAYA/TABENGAN.COM- Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Kalimantan Tengah Mika Ramba menyampaikan, pihaknya melalui Bulog Cabang Kapuas telah menyerap sebanyak 500 ton hasil panen para petani.
Kemudian untuk beras maupun gabah dari hasil program Food Estate telah diserap oleh pihak swasta dengan harga sudah di atas harga pokok penjualan (HPP), dalam artian harga tidak jatuh.
“Posisi Perum Bulog selaku off taker dengan harga HPP sesuai ketentuan pemerintah. Untuk serapan beras komersil pangsa pasarnya tidak ada sampai saat ini,” bebernya, Rabu (28/4/2021).
Mika menjelaskan terkait adanya isu tengkulak yang “bermain” di wilayah Food Estate terjadi antara pihak swasta dan para petani. Transaksi biasa saja karena swasta memberikan modal kerja, sama seperti yang dilakukan Bulog di Pagatan.
“Pengusaha asal Banjar memberikan harga yang bagus (kisaran Rp8.500 per kg), sedangkan harga dari pemerintah misalnya Rp8.300 per kg (beras medium). Mau tidak mau mereka (petani) jual ke pengusaha Banjar. Bulog tidak bisa buat apa-apa. Mau beli harga di atas pengusaha Banjar dana tidak sanggup,” jelas Mika.
“Intinya yang utama harga jual petani masih menguntungkan. Yang dipermasalahkan daerah adalah beras Kalteng yang ke luar yakni ke Kalimantan Selatan (Kalsel). Lebih banyak di Banjarmasin, karena pasarnya juga lebih lebih mengingat populasi mereka lebih besar,” katanya lagi.
Mika menambahkan, para pemodal swasta jika hasilnya tidak bagus maka mereka tidak mau menanggung risiko. Berbeda dengan Bulog, apabila hasil panen kurang baik maka wajib menanggung risiko.
“Oleh karena itu solusinya kami asuransikan semua modal kerja untuk meminimalisir risiko yang timbul,” pungkas dia. dsn