PULANG PISAU/TABENGAN.CO.ID- Kasus masyarakat terserang diare di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) mulai meningkat menyusul kemarau yang cukup panjang di tahun 2023 ini, sehingga menyebabkan banyaknya masyarakat terserang diare hingga mengalami muntaber di beberapa Puskesmas dan RSUD setempat.
Peningkatan kasus diare itu, bisa karena masyarakat menggunakan air tidak layak dikonsumsi karena kemarau panjang dan juga kurangnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Dikonfirmasi, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pulpis dr. Pande Putu Gina, Senin (21/8/2023) membenarkan, terjadi peningkatan kasus diare beberapa pekan belakangan ini, baik pasien di Puskesmas maupun di RSUD setempat.
“Betul, ada kenaikan kasus diare, di musim kemarau ini PHBS harus ditingkatkan. Terutama air minum itu harus dimasak dan jangan meminum air yang tidak dimasak,” ujar Pande.
Peningkatan jumlah kasus diare ini, berdasarkan data yang masuk yakni sejak bulan Januari sebanyak 89 kasus, Februari sebanyak 99 kasus, Maret sebanyak 122 kasus, April sebanyak 86 kasus, Mei sebanyak 150 kasus, Juni sebanyak 143 kasus, Juli sebanyak 221 kasus, dan Agustus (SD 21 Agustus) sebanyak 268 kasus.
“Peningkatan jumlah kasus diare ini yang ckup menonjol pada bulan Juli dan Agustus 2023,” beber Pande.
Dikatakan Pande, kenapa PHBS harus terus ditingkatkan, karena menurutnya ketika kita habis dari luar maupun setelah dari kamar kecil, upayakan untuk mencuci tangan pakai sabun pada air mengalir.
Jika kena diare, seperti buang air besar lebih dari tiga kali, maka harus cepat ke fasilitas lelayanan kesehatan atau ke puskesmas. Dan jangan sampai, menunggu muntah-muntah dan sampai tidak bisa minum, akan dikhawatirkan kekurangan cairan.
“Untuk pengobatan dan penanganan masyarakat kita yang kena diare atau muntaber, semua pelayanan kesehatan kita sudah siap pak,” jelas Pande.
Diakui Pande, masalah air bersih di musim kemarau juga berpotensi menimbulkan penyakit diare dan penyakit lainnya. Dan juga agar semua orang tua, terutama anak-anak di sekolah untuk memperhatikan PHBS, dan terutama menghindari meminum air es di musim kemarau atau jajanan yang kurang higienis, “Upaya yang kami lakukan, tentunya penguatan melalui penyuluhan PHBS dan juga menyampaikan terkait tanda-tanda bahaya diare,” kata Pande.
Selama musim kemarau, tambah Pande, cenderung kasus penyakit diare mengalami peningkatan. Namun, pihaknya sejauh ini belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB). Sebab, penderita diare masih bisa ditangani petugas medis Puskesmas maupun RSUD.
Penyebaran penyakit diare bisa akibat penggunaan air tidak bersih, mengonsumsi makanan tidak higienis, makan tanpa mencuci tangan, atau memasak air belum mendidih. Faktor lainnya karena sanitasi buruk dan kurangnya kebersihan lingkungan. c-mye





