PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Sepanjang tahun 2024, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kalawa Atei menangani 7.770 pasien dengan gangguan jiwa. Hingga saat ini, jumlah pasien yang menjalani rawat inap sebanyak 693 orang.
Pada Januari 2025, terdapat 691 pasien rawat jalan dan 59 pasien rawat inap yang mendapat perawatan intensif di rumah sakit tersebut.
Direktur RSJ Kalawa Atei dr Seniriaty menjelaskan, ketika menangani ribuan pasien, banyak jenis kasus yang hampir sama dialami pasien.
“Saat ini kasus gangguan jiwa yang paling banyak ditangani di rumah sakit ini adalah skizofrenia paranoid (gangguan jiwa berat), gangguan skizoafektif tipe manik, gangguan psikotik akut, gangguan mental organik, serta gangguan mental akibat penyalahgunaan zat psikoaktif,” ujarnya kepada Tabengan, Kamis (6/2).
Persentase kesembuhan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), jelas dia, kesembuhan dalam konteks gangguan jiwa tidak sama dengan penyakit fisik pada umumnya.
“Indikator pasien selesai perawatan adalah ketika kondisinya sudah terkendali atau terkontrol dengan obat. Hal ini diukur dengan kriteria PANSS 5, di mana keluhan-keluhan terkait penyakitnya berkurang atau bahkan tidak lagi muncul karena sudah terkendali dengan obat,” jelasnya.
Meski telah mendapatkan perawatan yang memadai, ODGJ masih berisiko mengalami kekambuhan. Salah satu penyebab utama adalah ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat serta minimnya dukungan keluarga.
“Banyak pasien yang mengalami kekambuhan karena tidak disiplin dalam mengonsumsi obat yang sudah diresepkan. Ditambah lagi, kurangnya dukungan keluarga membuat mereka kesulitan untuk tetap menjaga kondisi stabilnya,” tambahnya.
Jika pasien diperbolehkan pulang, perawatan mereka tetap berlanjut melalui rawat jalan di poliklinik rumah sakit. Mereka juga harus terus berada di bawah pengawasan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa untuk memastikan kondisi mereka tetap stabil.
“Keluarga memiliki peran penting dalam menjaga kondisi pasien setelah pulang dari rumah sakit. Jika pasien tidak rutin minum obat atau kurang mendapat dukungan sosial, kondisi mereka bisa memburuk dan akhirnya harus dirawat kembali,” tutupnya.
Ia mengimbau, agar masyarakat, terutama keluarga pasien, untuk lebih peduli terhadap kondisi ODGJ. Dukungan yang baik serta kepatuhan dalam menjalani pengobatan menjadi faktor utama dalam menjaga stabilitas kondisi pasien dan mencegah kekambuhan. dte