PALANGKA RAYA/tabengan.co.id – Perkembangan teknologi sistem pembayaran yang kini semakin pesat membuat masyarakat di Kalimantan Tengah (kalteng) mulai terbiasa melakukan transaksi non tunai dibandingkan secara tunai. Hal ini terlihat dari transaksi non tunai yang terus meningkat.
“Untuk area Kalteng terlihat tren positif perkembangan transaksi non tunai. Jadi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalteng terus mendorong agar masyarakat Kalteng mendukung gerakan transaski non tunai ini,” ucap Deputi KPwBI Kalteng, Setian saat dibincangi Tabengan, Selasa (12/11).
Setian mengungkapkan, nominal transaksi uang elektronik di Kalteng pada September 2019 mencapai Rp1,74 miliar. Angka ini meningkat cukup signifikan dari Agustus 2019 sebesar Rp1,55 miliar.
“Jadi, cukup baik dilihat dari nominalnya. Sedangkan dari sisi kepemilikan uang elektronik pun mengalami peningkatan, dimana pada Agustus hanya sebesar 43.561 menjadi 43.643 kepemilikan pada September 2019,” ungkapnya.
Sejalan dengan itu, lanjutnya, transaksi non tunai melalui Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang juga meningkat, baik dari segi volume maupun nominal.
“Untuk volume transaksi menggunakan kartu debet mencapai 125.129 meningkatkan dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 120.309. Sementara itu, dari sisi nominal transaksi pun sama dari hanya sebesar Rp86,24 miliar menjadi sebesar Rp87,95 miliar selama September 2019,” bebernya.
Setian juga mengatakan, BI sendiri bersama dengan pemerintah pusat membentuk Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) sebagai upaya untuk terus meningkatkan transaksi non tunai melalu program elektronifikasi.
“Dengan adanya program ini diharapkan dapat mengubah kebiasaan masyarakat dalam melakukan transaksi menggunakan sistem pemabayaran non tunai, yang dari sifatnya manual menjadi elektronik.
Dia menambahkan, GNNT ini juga dalam rangka meningkatkan indeks keuangan inkulsif Indonesia sehingga dapat menghemat biaya percetakan uang kertas serta meminimalkan penerimaan uang palsu.
“Selain itu juga dapat mempermudah transaksi ekonomi dan memperluas akses masyarakat terhadap perbankan,” ujarnya.
Untuk itu kata Setian, BI membuat inovasi seperti Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) serta membentuk sistem pembayaran QR Code Indonesia (QRIS), agar lebih memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi non tunai.
“Kalau GPN kan agar transaksi kita tidak lagi diproses di luar negeri, sehingga masyarakat dapat bertransaksi di semua mesin EDC di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk QRIS agar masyarakat cukup menggunaka satu aplikasi pembayaran untuk digunakan ke seluruh jenis QR coce dari berbagai sistem pembayaran, seperti OVO, Link Aja, Go Pay serta lainnya,” tuturnya.
Diakui untuk Kalteng pihaknya telah melakukan berbagai sosialisasi dan edukasi mengenai GNNT, GPN dan QRIS di Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, dengan dihadiri kurang lebih sekitar 200 mahasiswa serta staf pengajar.
“Selain itu, kami melakukan korrdinasi perluasan eletronifikasi ke seluruh SOPD Kabupaten Barito Selatan dan Kotawaringin Timur pada 8 dan 10 Oktober yang lalu, sehingga diharapkan melalui pemerintah daerah dapat meningkatkan lagi guna mencapai sistem pembayaran yang lebih efisien,” kata Setian. sda