PALANGKA RAYA/tabengan.co.id – Selama ini Kalteng menjadi salah satu provinsi, penghasil Sumber Daya Alam (SDA) yang menarik bagi investor luar. Tidak heran banyak perusahaan jenis perkebunan sawit serta pertambangan yang hadir. Hanya saja, Kalteng belum memiliki sejumlah industri pengolah yang tepat, untuk bahan baku mentah. Sebut saja industri hilir yang saat ini tengah digaung-gaungkan.
Sebenarnya bukan rahasia lagi, kalau Kalteng punya SDA yang melimpah. Semua ini ada di wilayah itu. Pertambangan, perkebunan, kayu, dan segala macam investasi lainnya. Khusus untuk perkebunan, Kalteng hanya bisa mengirimkan bahan mentah yang sebenarnya bisa diolah menjadi bermacam potensi.
Hasil dari perkebunan sawit, bisa dijadikan macam ragam olahan. Bisa sabun, makanan ringan, kerajinan tangan.
Untuk mewujudkan itu, harus ada industri hilir yang berfungsi mengolah berbagai bahan mentah dari sawit, untuk dimanfaatkan masyarakat. Secara fakta di lapangan, ketika Kalteng memiliki industri ini jelas daerah sudah berkembang dengan baik.
Kondisi ini disoroti oleh kalangan DPRD Provinsi Kalteng, khususnya Komisi B salah satu anggotanya Ergan Tunjung berpendapat, adanya industri hilir mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Ini juga seiring berjalan dengan keinginan gubernur, dalam meningkatkan pemasukan bagi daerah,” ujarnya kepada awak media, belum lama ini.
Lalu menilik soal peningkatan PAD, ada juga dukungan untuk kebijakan Pemprov. Sebut saja keharusan seluruh Perusahaan Besar Swasta (PBS), untuk membangun industri hilir.
Tujuan yang ingin dicapai tidak lain adalah memberikan kontribusi yang besar bagi daerah. Ergan mengatakan, konsep industri itu di luar dari kewajiban perusahaan.
Sebenarnya sejenis Corporate Social Responsibilty (CSR) sudah menjadi bagian wajib PBS, dalam melaksanakan kegiatannya di lapangan.
Artinya perusahaan perlu membangun industri hilir lagi di luar itu, demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pembangunan daerah.
Kalau industri itu bisa direalisasikan, bisa menciptakan berbagai jenis usaha dengan produk-produk olahan. Bahkan sekaligus, menyerap tenaga kerja lokal. Dirinya mencontohkan seperti di daerah lain. Sawit dapat dibuat beragam jenis bahan. Misalnya saja bahan makanan, minyak, kue, dan lainnya.
“Kita juga punya tambang untuk energi listrik dan kayu sebagai olahan kerajinan, sayangnya masih belum ada industri hilir,” ucap wakil rakyat dari Fraksi PDI-P tersebut.
Kalau hal itu bisa dibangun, maka dirinya optimis Kalteng akan semakin cepat berkembang. Dirinya mengatakan, selama ini masyarakat di daerah penghasil sawit, belum mendapat hasil maksimal. Khususnya untuk produksi perkebunan seperti Crude Palm Oil (CPO). Tanpa adanya industri itu, tidak mungkin produk itu tidak bisa diolah menjadi minyak jadi. Yang memprihatinkan, ujarnya, hasil dari aktivitas perkebunan, lebih diperuntukkan bagi pemerintah pusat. Dampak negatifnya masyarakat tidak mendapatkan materil, dari hasil ekspor minyak sawit itu. drn