Tabengan.com – Kalimantan Tengah (Kalteng) sangat kaya akan budaya dan adat istiadat yang terus dijaga kelestariannya. Tidak sedikit budaya di Kalteng yang memiliki nilai spiritual dan masih terus dilaksanakan pelestariannya. Sebagai contoh, bagi warga Kaharingan, Sapundu merupakan hasil seni ukir yang memiliki nilai sakral. Sebab itulah, Sapundu tidak bisa dibuat dan digunakan sembarangan.
Menyikapi itu, Pemerintah Kalteng, kabupaten dan kota melakukan perlindungan terhadap aset budaya Dayak yang sangat khas dan terkenal ini. Tidak cukup hanya perlindungan, Sapundu juga turut dilakukan pemeliharaan dan pelestarian, sehingga terus diketahui dari generasi ke generasi.
Perawatan inilah yang coba diajarkan kepada para mahasiswa dan beberapa pelajar di Palangka Raya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng melalui UPT Museum Balanga Kalteng.
Perawatan Sapundu tidak bisa dilakukan secara sembarangan dalam praktiknya. Perawatan atau pembersihan sebuah Sapundu harus mendapatkan pendampingan dari Basir (tokoh Kaharingan). Sebelum dilakukan pembersihan, Basir akan memanjatkan doa-doa yang isinya berupa ucapan syukur dan meminta izin untuk melakukan perawatan Sapundu.
Ritual pembacaan doa-doa dimaksud, tersedia pula sejumlah kebutuhan yang memang wajib disiapkan. Barang-barang yang menjadi kebutuhan itu, syarat yang wajib dipenuhi apabila ingin membersihkan Sapundu. Selesai memanjatkan doa, barulah Sapundu dapat dilakukan perawatan berupa pembersihan oleh petugas. Inilah beberapa hal yang disampaikan kepada para mahasiswa dan siswa yang hadir, bagaimana merawat Sapundu sebagai pelestarian budaya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Guntur Talajan mengatakan, banyak hal yang harus terus diajarkan kepada para anak didik dalam hal pelestarian budaya di Kalteng. Perawatan Sapundu adalah salah satu yang terus dikenalkan dan disampaikan kepada mereka.
Generasi muda Kalteng tidak hanya tahu apa itu Sapundu, tapi tahu seperti apa bentuknya, digunakan untuk apa, apa nilai spiritual yang terkandung, sampai seperti apa perawatannya.
“Perawatan Sapundu ini merupakan salah satu langkah yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng di UPT Museum Balanga Kalteng. Bagaimana bisa melestarikan, apabila generasi kita tidak mengetahui apa yang harus dilestarikan. Agenda perawatan Sapundu tidak saja memperkenalkan, tapi juga mengajarkan seperti apa perawatannya,” kata Guntur, terkait dengan agenda perawatan Sapundu di Palangka Raya, Rabu (23/7).
Generasi muda, lanjut Guntur, harus mengenali budayanya untuk dapat mencintai, kemudian melestarikan. Pelestarian menjadi hal yang penting, sehingga apa yang diwariskan leluhur ataupun nenek moyang tidak sebatas hanya sebuah cerita, tapi memang terdapat wujud nyata atas apa yang diwariskan itu. Generasi muda turut mendukung dalam upaya pelestarian, dan peduli untuk melestarikan.
Terpisah, Kepala UPT Museum Balanga Kalteng Hasanudin menyampaikan, sekarang ini tidak ada pilihan bagi kita semua untuk dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada, namun segala sesuatu berjalan dengan baik. Kegiatan perawatan Sapundu yang dilakukan, semata untuk membangkitkan kembali budaya Kalteng yang sangat luar biasa untuk dapat terus dilakukan pelestarian dengan sebaik mungkin.
“Anak muda sekarang ini tidak cukup semata dengan hanya tahu, tapi harus melihat dan merasakan secara langsung seperti apa perawatan sebuah hasil budaya, Sapundu. Harapannya, tidak saja menjadikan itu sebuah pengalaman yang berharga, tapi lebih dari itu dapat untuk menjadi upaya untuk mendukung pelestarian,” kata Hasanudin.
Kegiatan yang menghadirkan orang banyak, ungkap Hasanudin, tetap mengedepankan protokol kesehatan. Peserta wajib untuk menggunakan masker, mencuci tangan, sampai pada pemeriksaan suhu tubuh. Jumlah yang diundang pun masih cukup terbatas, mengingat apa yang ditempuh sebagai sebuah langkah awal.ded