Gastrochisis Renggut Nyawa Bayi Kelpin

PALANGKA RAYA/tabengan.co.id – Kelpin Anugrah yang baru berusia tujuh hari, akhirnya meninggal di ruang NICU RSUD Doris Silvanus Palangka Raya, setelah dibawa dari RSUD Muara Teweh pada Senin siang (26/02). Meski mendapatkan penanganan intensif pihak RSUD Doris Silvanus, namun nyawanya tidak dapat tertolong pada Selasa pagi (27/2) pukul 4.00 WIB.

“Pihak kami mendapat informasi ada pasien bayi rujukan RSUD Muara Teweh pada pukul 20.30, ketika masuk IGD langsung kami pindahkan ke ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) karena pasien masih berusia di bawah 28 hari,” terang dr Theodorus Sapta Atmadja, Kabid Diklit dan Humas RSUD Doris Silvanus saat diwawancarai di ruang jenazah.

Theo mengatakan, kondisi pasien menderita gastroschisis, dehidrasi, hypotermia, dan jaringan luar sudah bernanah. Mengetahui kondisi tersebut pihaknya langsung melakukan penanganan di ruang NICU.

Gastroschisis adalah cacat lahir pada dinding perut, di mana usus bayi tergantung keluar tubuh tanpa lapisan pelindung melalui lubang di dekat pusar. Selain usus, organ lain seperti hati dan lambung juga bisa berada di luar tubuh.

“Penanganan kami sudah maksimal. Kami sudah memberi infus untuk mengatasi dehidrasinya dan memberi antibiotik agar tidak terjadi infeksi, tetapi memang kondisinya sudah kurang baik,” imbuhnya.

Penyebab tidak tertolongnya Kelpin karena dirujuknya terlambat, seharusnya begitu bayi lahir langsung dibawa ke Rumah Sakit yang memadai. Selain itu, dehidrasi dan hypotermia juga menyebabkan kondisinya yang semakin memburuk.

“Biaya pengobatan pasien ini kita nihilkan karena menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), sebab tidak memiliki BPJS. Doris tidak pernah menolak pasien, selama kami bisa menangani langsung kami tangani, dan administrasi bisa menyusul.” tegasnya sembari melihat jenazah Kelpin yang sudah terbungkus kain berwarna krem.

Menurut keterangan Arman (32), ayah Kelpin, bayi Kelpin lahir ketika perjalanan ke rumah sakit setelah dibawa ke bidan, namun terkendala alat yang tidak memadai dan bayi pun belum mau keluar. Setelah mendapat SKTM dari Kepala Desa Kandui baru dirujuk ke RSUD Muara Teweh.

“Setelah mengetahui bahwa kondisinya bayi itu ususnya di luar, pihak RSUD Muara Teweh merujuk untuk dikirim ke RS Doris Silvanus, karena kami orang tidak mampu. Kami juga sudah ke Dinsos dan Dinkes untuk meminta bantuan,” kata Arman, di ruang jenazah.

Arman yang bekerja sebagai petani sayur ini, tidak mampu membiayai operasi anaknya, sehingga dirinya meminta bantuan Dinsos dan Dinkes agar menggratiskan biaya selama anaknya dirawat.

Arman mengatakan, dirinya tiba di Doris Silvanus pukul 20.30 langsung ke IGD, setelah itu bayi langsung dibawa masuk ke NECU oleh dokter. Beruntung ada keluarga yagn tinggal di Palangka Raya, sehingga dirinya ditemani selama proses pengurusan administrasi rumah sakit.

“Harapan saya sekarang cuma satu mas, saya dibantu supaya Kelpin bisa dibawa pulang hari ini juga karena saya tidak punya biaya lagi untuk membawanya pulang, karena saya mau segera mengebumikannya.” katanya pasrah sembari memohon bantuan.
Hal tersebut direspon oleh pihak RSUD Doris Silvanus melalui dr Theo. “Biaya RS ditanggung Pemda Kalteng melalui Program Kelas III Gratis. Lalu untuk pemulangan jenazah nanti ditanggung oleh pihak Doris Silvanus,” ujarnya.

Setelah mengetahui hal itu, Arman ditemani 2 orang keluarganya langsung mengurus administrasi untuk memulangkan jenazah Kelpin kembali ke Desa Kandui untuk segera dikebumikan. yoh