Ekobis  

Nitha Wulandari Meraup Cuan dari Hobi Kerajinan Tangan 

RAUP CUAN- Nitha Wulandari kerap hadir dalam event untuk menjual karya tangannya. TABENGAN/YULIANTINI

PANGKALAN BUN/TABENGAN.CO.IDRasanya tidak akan pernah ada habisnya jika bicara tentang dunia kerajinan tangan (craft). Sebab, dengan keuletan dan keahlian autodidak serta sentuhan tangan dingin Nitha Wulandari asal Kota Manis Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, akan dijumpai kerajinan tangan yang lucu, unik dan mengikuti tren terbaru.

Marunting Craft adalah merek kerajinan tangan dari Nitha Wulandari. Sejak duduk di bangku SMA, ia sudah memiliki hobi autodidak dalam membuat karya kerajinan tangan. Didukung oleh Sigit  Hartanto, suami tercinta, kini usahanya makin meningkat. Atas jerih payahnya itu, Nitha  dalam satu bulan bisa meraup keuntungan puluhan juta rupiah.

Wanita kelahiran 1983 ini tidak pelit membagi ilmu kepada siapa pun yang ingin belajar. Bahkan, Nitha pun kerap kali diundang untuk memberikan pengetahuannya tentang kerajinan tangan. Bagi Nitha, berbagi ilmu itu lebih mulia, karena rezeki sudah diatur oleh Allah SWT,  jadi tidak takut dengan persaingan.

Alhamdulillah,  usaha ini saya rintis atas dukungan suami, yang kebetulan kami berdua punya hobi yang sama. Awalnya saya dan suami sama-sama memiliki hobi membuat dompet dari kain perca yang dijual harga Rp50 ribu dan akhirnya laris manis. Kemudian membuat kotak tisu panel, yang awalnya tempat tisu panel itu, begitu kami bikin sendiri ternyata lebih bagus. Suami yang bikin pola dan saya yang menjahit. Saya jahit tanpa mesin karena jahit pake tangan hasilnya lebih kuat,” cerita Nitha, Senin (3/2).

Nitha pun menjelaskan karya dari Marunting Craft berupa rajutan, buket,  hantaran, kerajinan dari kain perca dan  hantaran. Dalam memasarkan karyanya, tidak hanya menunggu orang datang atau memesan, tetapi kerap kali hadir dalam event yang menghadirkan pelaku UMKM, termasuk di Car Free Day.

“Karya dari kerajinan tangan ini diminati semua kalangan, dan saya pun dalam mengembangkan usaha ini harus mengikuti tren terbaru, seperti kemarin pada saat booming Labubu, saya langsung berkreasi melihat contoh kemudian bikin. Saya jual gantungan kunci Rp35 ribu,  saat itu hampir 1.000 buah,  di CFD saja dalam waktu 3 jam, gabungan kunci labubu laku 50 buah,” ujar Nitha.

Nitha dalam mengembangkan usahanya itu mengikuti setiap momen penting, seperti pada saat wisuda dan Hari Guru, ia membuka lapak dengan menjual karya buket, otomatis langsung diserbu pembeli. Bagi Nitha, karena kerajinan tangan yang dijual karyanya sendiri, sehingga ia menjual dengan harga terjangkau. Seperti untuk harga hasil karyanya dijual dimulai harga Rp5 ribu dan paling mahal Rp100.000, sedangkan buket dimulai harga Rp20 ribu dan yang paling mahal Rp500.000.

Alhamdulillah kalau untuk pemesanan buket hampir setiap hari selalu ada, dan saya selalu mengikuti apa yang diinginkan oleh pemesan. Bagi saya kepuasan bagi pelanggan itu sangat penting di samping jangan pernah bosan untuk terus berinovasi mengikuti trent terkini. Hal ini yang membuat saya bertahan hingga saat ini, usaha yang saya rintis ini sejak tahun 2017,” tutur Nitha Wulandari. c-uli