Tabengan.com – Tenaga medis sangat dibutuhkan oleh masyarakat, apalagi yang tempat tinggalnya sangat jauh dari rumah sakit di ibu kota kabupaten maupun Puskesmas yang ada di kecamatan. Sehingga perawat atau bidan yang berada di Pustu sangat diharapkan kehadirannya di desa terpencil.
Namun, bagi warga Desa Batu Badak, Kecamatan Petak Malai, Kabupaten Katingan, kehadiran perawat atau bidan itu merupakan kemewahan. Sudah 5 tahun di desa tersebut tidak ada tenaga medisnya, lantaran ditinggal para petugas medis yang bekeja di Pustu desa.
Warga sudah terbiasa bila ada yang sakit maupun melahirkan datang ke perawat medis, namun kini kembali lagi ke zaman dulu, yakni datang ke dukun baik untuk melahirkan maupun berobat lainnya.
Sasi, Sekdes Batu Badak, menuturkan, hingga saat ini di desanya sudah tidak ada tenaga medis, baik itu perawat maupun bidan. Yang ada hanya bangunan Pustu tanpa penghuni. Hal ini dikarenakan para petugas medis dipindahkan atau pindah ke tempat lain tanpa ada penggantinya.
“Dulunya memang ada tenaga medis di Pustu kami ini sebanyak dua orang yakni perawat dan bidan, namun entah karena alasan apa tenaga medis bidan tersebut ditarik atau dipinjam pihak kecamatan dengan janji hanya 3 bulan, namun hingga sekarang ini sudah 5 tahun tidak kembali-kembali,” kata Sasi kepada Tabengan, Kamis (5/5).
Sedangkan salah satu orang perawat, menurut Sasi, yang dulunya lantaran kena penyakit yang diduga stress sehingga dipindahkan namun kenyataannya itu tidak sama sekali, karena yang diketahui sekarang perawat tersebut sudah menikah dan tinggal dan bertugas di Kecamatan Tewang Sanggalang Garing.
Sasi mengatakan, seharusnya pihak kecamatan yang menarik petugas di Pustu Desa Batuk Badak diganti dengan perawat atau bidan lain. Karena hingga kini kejelasannya tidak ada. Apakah itu benar-benar ditarik atau memang ditarik dan pindah tugas.
“Sebenarnya bila pindah dikasih tahulah kepada kita dengan solusi yang bagaimana, apakah ada pengangkatan baru atau diganti dari kota yang perawatnya sangat banyak karena di desa kami ini sangat membutuhkan tenaga medis. Ini sudah saya tanyakan pada pihak kecamatan, jawaban mereka tidak ada peneriman pegawai baru. Yang kami mau bukannya penerimaan pegawai baru, akan tetapi pegawai yang ditarik seharusnya diganti dengan yang lain, bisa ditarik tidak bisa diganti itu kan aneh,” ungkap Sasi.
Dijelaskan Sasi, sudah 5 tahun ini Pustu yang dibangun tersebut tanpa penghuni sehingga bangunannya banyak ditumbuhi rumput dan semak. Banyak yang ingin menjadi petugas medis honor di Pustu tersebut namun dengan berbagai pertimbangan kepala desa tidak mengizinkan lantaran ini merupakan tanggung jawab kecamatan.
“Selain hanya mengandalkan dukun, warga yang sakit merepotkan kami karena harus membawa ke desa tetangga atau ke kecamatan untuk berobat, sedangkan jarak desa kami cukup jauh dari kecamatan. Jika sakitnya parah, harus dibawa ke Tumbang Samba yang perjalannya makan waktu 5 jam, itu pun kalau ada transportasi,” kata Sasi.
Apabila tidak ada biaya untuk mengantar yang sakit, kata Sasi, selain menggunakan tenaga dukun untuk berobat masyarakat hanya bisa membeli obat-obatan dari para pedagang yang datang dari luar. Itu pun obat seadanya, seperti obat sakit kepala dan sakit perut.
“Biasanya ada para perawat yang datang setiap bulannya namun di desa kami ini itu kadang-kadang saja sebulan sekali datang, malah bisa tiga bulan sekali bisa datang dan waktunya juga tidak ditentukan sehingga mereka datang warga yang bekerja masuk hutan tidak bisa melakukan pengecekan kesehatannya,” ujar Sasi.
Sasi berharap ada perawat atau bidan yang siap di desa. “Sehingga, kalau ada yang sakit bisa ditangani segera,” kata dia. suseno arianto